TintaSiyasi.id -- Founder Institut Literasi Khilafah Indonesia (ILKI) Septian AW, mengungkapkan kekuatan utama Amerika Serikat bukan pada mayoritas rakyatnya, tetapi pada kapital (pemodal).
"Bahwasanya kekuatan utama di Amerika Serikat itu bukan di mayoritas rakyat tetapi kekuatan kapital," ungkapnya dalam Ngobrol Ala Negarawan #1 Pemilu AS, Lobby Yahudi dan Masa Depan Palestina di kanal YouTube Institute Muslimah Negarawan, Ahad (28/7/2024).
Ia menjelaskan bahwa, bukan rahasia umum lagi, kekayaan ekonomi Amerika dikuasai oleh sebagian kecil masyarakat Amerika yang kebanyakan adalah mereka pro terhadap zionisme. Kebanyakan mereka yang berada dalam masyarakat yang mapan secara ekonomi atau mereka yang menguasai ekonomi Amerika itu dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang memiliki rasa simpatik terhadap eksistensi negara Israel.
"Sehingga muncul lobi-lobi politik yang dilakukan masyarakat Amerika yang pro terhadap Israel. Kekuatan lobi-lobi yang dilakukan oleh masyarakat Amerika yang pro terhadap Israel, masyarakat Amerika yang mana? umumnya adalah masyarakat Amerika yang keturunan Yahudi dan memiliki pandangan politik yang sejalan dengan politik zionisme," jelasnya.
Adanya kaum kapital ini membuatnya memainkan peran penting untuk mendukung, menciptakan atau menentukan situasi kondusif politik dalam negeri Amerika termasuk soal masalah pemilihan presiden ini. Maka oleh karena itu, ia menegaskan bahwa bohong kalau misalnya dikatakan Amerika menjadi negara yang demokratis yang memang menyerap aspirasi masyarakatnya. Kenyataannya hanya masyarakat itu saja yang diserap, yaitu lobi-lobi Yahudi. Kenapa lobi-lobi Yahudi memiliki faktor power, karena mereka memiliki mayoritas menjadi pemilik kapital dalam ekonomi Amerika Serikat.
"Nah ini yang kemudian lobi-lobi ini baik itu dalam bentuk potensi Amerika dalam bentuk IPAC bentuk organisasi yang lebih ajeg, karena selalu memiliki interaksi yang di bawah tanah untuk bisa mempengaruhi keputusan-keputusan kongres, keputusan yang terjadi dalam Gedung Putih terjadi dalam kebijakan pemerintah Amerika Serikat," paparnya.
Adanya kekuatan kapital tersebut, ia menegaskan, menjadikan bentuk-bentuk kebijakan Amerika Serikat untuk memproteksi negara Israel sampai hari ini. "Maka dari sini kita akan lihat tidak wajar atau normalnya memang begitu kandidat kandidat tersebut yang muncul akan berada di dalam zona aman atau zona nyaman agar tidak kemudian mereka diganggu atau terganggu oleh kekuatan real yang memang ternyata menguasai Amerika Serikat," pungkasnya. [] Alfia Purwanti