Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Inilah Rekomendasi untuk Mengatasi Masalah Sampah Plastik

Selasa, 20 Agustus 2024 | 21:58 WIB Last Updated 2024-08-20T14:59:23Z
TintaSiyasi.id -- Menyoroti isu global tentang sampah plastik yang menjadi masalah serius di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, Pengamat Kesehatan Ilman Silanas, M.Kes,. M.Farm.Klin. menyebutkan beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan sampah plastik.

"Ada beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk bisa mengatasi sampah plastik ini," ungkapnya dalam program Live Kabar Petang: Indonesia Disebut Negara Paling Banyak Makan Plastik, Kenali Bahayanya! di kanal Youtube Khilafah News, Ahad (18/8/2024). 

Pertama, regulasi pembatasan penggunaan plastik. Anak-anak di sekolah bisa diminta oleh gurunya jangan menggunakan botol minum plastik tetapi menggunakan botol minum stainless steel atau tidak menggunakan alat-alat makan yang terbuat dari plastik atau kemasan plastik yang digunakan kantin-kantin sekolah.

Kedua, harus ada pengolahan sampah terpadu. "Kita tahu masalah sampah itu enggak beres-beres di Indonesia. Masalah pemisahan sampah saja belum selesai sampai sekarang dan juga masalah pengelolaan sampah itu ditumpuk, tidak diolah," ulasnya.

Misalnya, kata dia, tempat pembuangan sampah di Jawa Barat, seperti di Bantar Gebang yang sudah menjadi gunung sampah plastik, namun belum ada upaya pengolahan sampah terpadu yang khusus menangani limbah plastik. Produk plastik bisa bertahan hingga ribuan tahun, karenanya mesti didaur ulang atau dikonversi lagi menjadi plastik baru. 

Ketiga, harus ada regulasi baku air limbah. "Jadi, air limbah yang dihasilkan dari pabrik harus dimasukkan ke standar kadar mikroplastik yang ada di dalamnya. Nah, ini belum ada regulasi yang ditetapkan seperti itu. Mungkin baru regulasi terkait jumlah zat kimia. Cuma, untuk mikroplastiknya belum dimasukkan," paparnya. 

Keempat, regulasi peringatan larangan menangkap ikan di air yang tercemar mikroplastik. "Harus ditetapkan area mana yang ikannya bisa diambil, walaupun ikan bisa ke mana-mana, ya. Cuma, kan, di area situ kita sudah waspada. Air di situ tercemar maka jangan diambil ikannya selama beberapa lama," terangnya.

Kelima, regulasi saluran limbah rumah tangga. "Sekarang ini kan banyak pembuangan limbah rumah tangga air itu langsung ke sungai. Dan ini sulit terkontrol," ungkapnya. 

Keenam, dibutuhkan sinergi antarwarga untuk membentuk komunitas instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) guna mengatasi limbah air rumah tangga. "Jadi air itu enggak langsung kita buang ke alam. Misalnya, air cucian dan lain sebagainya itu ditampung dulu, misalnya di satu RT, RW, kelurahan. Di sana ada pengolahan dulu sehingga air yang dilepaskan nanti ke sungai sudah memenuhi standar," jelasnya.  

Ketujuh, identifikasi jenis plastik yang mencemari lingkungan. "Yaitu BPA, flatalat, dioksin dan polietilen. Empat jenis plastik ini bisa dilakukan identifikasi oleh para ilmuwan, para ahli kimia, para ahli pengolahan limbah, dan sebagainya," paparnya. 

Ilman merasa miris, mengingat sampah plastik terjadi di mana-mana hingga ada sebuah pulau di Samudra Pasifik yang isinya adalah sampah plastik. 

"Pulau yang terbentuk dari sampah plastik. Jadi ada orang-orang yang buang sampah ke laut dan itu terakumulasi di samudera sehingga membentuk suatu pulau plastik," katanya. 

Ia mengungkapkan, beberapa peneliti di luar negeri telah menemukan sebuah cairan (ferroliquid) yang bisa menarik sampah mikroplastik dari air sehingga nanti bisa dipisahkan dari air tersebut.

"Jadi secara pendekatan sains ini bisa untuk dilakukan. Tinggal bagaimana regulasi ini bisa dijalankan. Ini perlu ada political will dan motivasinya harus dengan motivasi yang baik untuk bagaimana melindungi masyarakat. Tentu bagi kaum Muslim ini menjadi penting dalam rangka menjaga generasi kita ke depan," pungkasnya. []Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update