Tintasiyasi.id.com -- Di tengah gempuran retorika dan janji-janji manis para politisi, kita terus-menerus disuguhi narasi bahwa demokrasi adalah jalan satu-satunya menuju kemakmuran, keadilan, dan kebebasan.
Namun, kita harus membuka mata lebar-lebar dan melihat kenyataan pahit di hadapan kita. Demokrasi yang sering digembar-gemborkan sebagai sistem yang ideal untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, ternyata telah berubah menjadi mesin penggerak lahirnya oligarki baru dan penguasa zalim yang hanya memperbarui metode kediktatoran dalam kemasan yang lebih canggih.
Lihatlah bagaimana demokrasi telah menciptakan jurang yang semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin. Rakyat kecil yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam sistem ini, justru semakin terpinggirkan. Janji-janji kampanye yang dulu tampak seperti harapan baru, kini hanya menjadi kenangan pahit ketika realitas menunjukkan bahwa kekuasaan dan kekayaan tetap terkonsentrasi di tangan segelintir elit.
Bukannya memecahkan masalah, demokrasi justru menjadi lahan subur bagi praktik korupsi dan nepotisme yang menggurita. Sementara itu, hukum yang seharusnya menjadi pilar keadilan, kini justru menjadi alat bagi penguasa untuk menekan dan memberangus suara-suara yang menentang.
Kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap fakta bahwa demokrasi, yang semula dipromosikan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, kini telah menjadi kendaraan bagi keluarga kekuasaan untuk melanggengkan dinasti politik mereka.
Kekuasaan terus diwariskan dari generasi ke generasi, memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat akan selalu berpihak pada kepentingan mereka sendiri, bukan pada kesejahteraan rakyat.
Kesejahteraan yang dijanjikan hanya menjadi mimpi yang tak kunjung terwujud, sementara hukum yang adil semakin menjadi ilusi.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita terus-menerus memperbaiki sistem yang jelas-jelas cacat dari akarnya? Ataukah sudah saatnya kita meninggalkan demokrasi dan mencari alternatif yang lebih adil dan lebih menjamin kesejahteraan seluruh rakyat?
Jawabannya adalah kita harus beralih pada perjuangan yang membentuk keberkahan suatu negeri. Kita harus menerapkan syariah secara kaffah dalam politik, sosial, pendidikan, dan semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Syariah adalah sistem yang dirancang untuk mewujudkan keadilan sejati dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Ini bukan hanya sekedar alternatif, tetapi solusi yang mampu mengatasi segala kelemahan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh demokrasi.
Penerapan syariah secara kaffah tidak hanya berarti menjalankan hukum-hukum Islam, tetapi juga menegakkan keadilan , memastikan distribusi kekayaan yang adil, dan membangun sistem pendidikan yang mendidik generasi bangsa untuk menjadi individu yang berakhlak mulia, cerdas, dan berkomitmen pada kesejahteraan umat.
Dengan syariah, kita bisa menciptakan negara yang berkeadilan, di mana setiap orang, tanpa memandang status sosial atau kekayaan, mendapatkan haknya secara adil.
Sudah saatnya kita bergerak menuju perubahan yang hakiki. Hentikan ilusi demokrasi yang hanya melanggengkan ketidakadilan dan penderitaan rakyat. Mari kita berjuang untuk menerapkan syariah secara kaffah, agar kita bisa mewujudkan negeri yang benar-benar makmur, adil, dan diberkahi Allah SWT.
Perubahan ini tidak akan mudah, tetapi ini adalah jalan satu-satunya untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan yang hakiki bagi seluruh rakyat.[]
Oleh: Rizqi Awal
(Pengamat Kebijakan Publik)