TintaSiyasi.id -- Saat ini media tengah ramai fenomena banyaknya anak yang menjalani terapi cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Merespon hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso menyampaikan bahwa tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan, ada berbagai penyebab gagal ginjal pada anak. Selain buruknya gaya hidup, terapi cuci darah juga dapat terjadi karena adanya kelainan bawaan pada ginjal dan saluran kemih yang dialami anak sejak lahir. Ada juga sindrom nefrotik yang menimbulkan gangguan pada ginjal.
Terdapat sekitar 60 anak menjalani terapi cuci darah di RSCM. Dokter spesialis anak di RSCM Eka Laksmi Hidayati menyampaikan bahwa penyebab gagal ginjal didominasi oleh pola hidup tidak sehat pada anak. Konsumsi makanan dan minuman kemasan dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan obesitas sehingga terjadi penurunan fungsi pada ginjal.
Ia juga menyampaikan bahwa tingginya jumlah anak yang menjalani cuci darah di RSCM karena tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas Hemodialisa. Sehingga, RSCM menjadi rujukan nasional untuk layanan cuci darah pada anak. (CNN Indonesia, 24/7/2024)
Mengapa Bisa Terjadi?
Makanan dan minuman instan kian merebak di tengah-tengah masyarakat. Kesan lebih praktis dengan rasanya yang enak, menjadi alasan utama makanan instan sangat populer dan digandrungi masyarakat, terutama remaja dan anak-anak.
Bagi orang tua, terlebih yang sibuk bekerja, mereka memilih junk food, fast food dan sejenisnya sebagai jalan pintas membekali anak dengan mudah tanpa banyak menghabiskan waktu, tenaga, bahkan uang dan pastinya disukai anak-anak.
Tentunya konsumsi berlebih pada makanan cepat saji dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan. Hal ini disebabkan adanya zat-zat dalam makanan instan yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi secara terus-menerus.
Namun mirisnya, dengan berbagai dampak yang ada, masyarakat tetap mengandalkan makanan instan. Berbagai faktor melatarbelakangi hal ini. Salah satunya mereka yang mengerti namun tidak peduli pada kesehatan tubuh. Sehingga hanya mengandalkan 'praktis, enak dan murah.'
Di sisi lain, faktor kemiskinan juga mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi makanan instan. Keterbatasan uang dengan berbagai tanggungan lainnya, menjadikan masyarakat kesulitan memenuhi asupan gizi mereka. Mereka cenderung memilih makanan murah yang penting mengenyangkan. Ditambah bahan makanan terus mengalami harga yang tidak stabil, sehingga sulit bagi masyarakat bawah untuk memperoleh makanan bergizi.
Tak hanya itu, rendahnya pendidikan juga menyebabkan kurangnya pemahaman dan literasi masyarakat tentang gizi dan pentingnya bagi tubuh. Tentunya ini juga menjadi faktor penting yang mesti diperhatikan. Sehingga masyarakat tidak semena-mena dalam memilih asupan.
Salah Siapa?
Ketertarikan masyarakat pada produk makanan instan, tentu mendorong industri untuk terus mengembangkan dan memproduksi lebih banyak lagi produk serupa. Bagaimana tidak? Ada peluang cuan yang menggiurkan di sini. Tanpa melihat keamanan dan kesehatan masyarakat, berbagai industri berlomba-lomba menciptakan produk dan menjadikannya populer di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini tidak mengherankan, sebab terjadi di negara yang menerapkan sistem Kapitalisme. Sistem yang menjunjung materi dan manfaat di atas segala-galanya, menjadikan masyarakat sebagai jalan untuk meraup untung sebesar-besarnya.
Di sisi lain, tingginya jumlah anak yang terkena gagal ginjal menjadi perhatian tersendiri pada kebijakan yang diterapkan pemerintah. Walaupun sudah ada regulasi pemerintah mengenai kecukupan gizi, namun dampaknya belum begitu nyata di tengah masyarakat.
Hal ini menunjukkan lemahnya kebijakan yang diterapkan sehingga tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Jika prioritas negara adalah rakyat, semestinya negara tidak akan tinggal diam dan bertindak tegas memastikan rakyatnya aman dan sejahtera.
Namun, seperti inilah konsekuensi penerapan sistem produk akal. Landasannya yang lemah akan melahirkan kebijakan yang lemah pula. Sehingga kesejahteraan menjadi hal yang mustahil apabila sistem ini terus diterapkan.
Makanan dalam Islam
Berbeda dengan kapitalisme, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Dari hal terkecil hingga yang paling besar. Perihal makanan, Islam memerintahkan manusia untuk mengonsumsi makanan halal dan tayib. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 168 yang artinya, "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."
Makan merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mesti dipenuhi. Sebab jika tidak, dapat menyebabkan bahaya pada tubuh. Namun, pemenuhan kebutuhan tubuh juga harus sesuai dengan aturan Islam.
Dalam Islam, makanan yang dikonsumsi haruslah halal dan tayib. Halal yakni tidak mengandung zat-zat yang diharamkan oleh Islam. Seperti babi, darah, bangkai, dan semisalnya. Dan juga tidak didapatkan dengan cara yang diharamkan, seperti mencuri atau menipu.
Adapun sifat tayib yakni tidak mengandung sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh, seperti penyakit. Sehingga makanan yang dikonsumsi haruslah yang memberi kebaikan dan manfaat bagi tubuh, tidak menyebabkan sakit atau bahaya lainnya.
Butuh Peran Penting
Dalam Islam, negara sebagai raain (pelindung) dan junnah (perisai) akan menerapkan kebijakan terbaik demi kesejahteraan umat, seperti berikut:
Pertama, negara dengan sumber hukum Alquran, memastikan makanan yang beredar di tengah masyarakat adalah yang sesuai dengan hukum syarak. Yakni makanan yang halal dan tayib. Sehingga negara akan bertindak tegas terhadap peredaran setiap makanan yang tidak sesuai aturan.
Kedua, negara akan menetapkan aturan pada industri untuk tidak menciptakan produk-produk haram ataupun yang akan menimbulkan bahaya bagi konsumen. Dengan ini, negara akan menindaklanjuti setiap industri yang menyalahi aturan. Seperti pemberian sanksi hingga tutup paksa industri.
Ketiga, negara menjamin kesejahteraan masyarakat dengan terpenuhi setiap kebutuhan umat, seperti ekonomi dan kesehatan. Negara memastikan setiap kepala keluarga memiliki pekerjaan untuk memenuhi nafkah tanggungannya. Dalam hal ini, negara akan membuka lowongan pekerjaan seluas-luasnya bahkan memberi modal untuk masyarakat agar dapat bekerja dan memiliki penghasilan.
Selain itu, dalam kesehatan, negara memberikan fasilitas kesehatan terbaik dengan akses yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan mudah dalam mengontrol kesehatan.
Keempat, tak hanya ekonomi dan kesehatan, negara juga memberikan pendidikan terbaik yang akan membangun kesadaran masyarakat yang lebih tinggi. Termasuk perihal konsumsi makanan yang sesuai dengan syara'. Dengan ini, masyarakat akan paham bagaimana menjaga kesehatan tubuh, sehingga menghindari hal-hal yang menimbulkan bahaya bagi tubuh.
Jaminan mengonsumsi makanan halal dan tayib tidak dapat dilakukan oleh individu semata. Individu butuh peran institusi besar yang mampu menjamin peredaran makanan di masyarakat. Aturan dengan penerapannya yang tegas, akan mencegah terjadinya peningkatan masyarakat mengidap penyakit berbahaya, seperti gagal ginjal pada generasi.
Memang sudah semestinya negara bergerak seutuhnya untuk kepentingan rakyat. Dengan landasan akidah Islam, negara tegas terhadap penerapan aturan yang merupakan aturan rabbani. Negara tidak akan berlaku sewenang-wenang, sebab memahami betul tugasnya sebagai pengurus dan pelindung umat.
Hal ini tentu tidak didapati pada negara yang menerapkan sistem Kapitalisme. Hanya negara Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat. Dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk memperjuangkan kembali negara dengan penerapan Islam kaffah. Wallahu a'lam. []
Oleh: Khansa Nadzifah
Aktivis Mahasiswa