TintaSiyasi.id -- Rasulullah SAW bersabda : Empat Permata Pada Tubuh Anak cucu Adam : Pertama. Akal. Kedua. Agama dan Ketiga. Rasa Malu. Keempat. Amal Sholeh.
Sobat. Ungkapan tersebut menyampaikan bahwa terdapat empat "permata" atau aspek penting yang seharusnya ada pada setiap manusia, khususnya pada anak cucu Adam, yaitu:
1. Akal: Ini merujuk pada kemampuan berpikir, nalar, dan kebijaksanaan yang dimiliki manusia. Akal adalah alat untuk membedakan antara yang benar dan salah, serta untuk memahami dan mengarahkan kehidupan.
2. Agama: Agama adalah petunjuk dan pegangan hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupan sesuai dengan perintah dan ajaran Tuhan. Agama menjadi landasan moral dan spiritual yang membantu manusia hidup dalam kebenaran dan kebajikan.
3. Rasa Malu: Rasa malu adalah perasaan yang mencegah seseorang melakukan perbuatan tercela atau melanggar norma dan nilai yang ada. Rasa malu dianggap sebagai penjaga moralitas dan etika dalam diri seseorang.
4. Amal Sholeh: Amal sholeh adalah perbuatan baik yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ajaran agama. Amal sholeh mencakup segala bentuk kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Keempat aspek ini dianggap sebagai fondasi penting yang harus dimiliki setiap manusia untuk menjalani kehidupan yang baik dan bermakna.
Fungsi Akal bagi manusia.
Akal memiliki peran yang sangat penting bagi manusia, karena merupakan salah satu anugerah terbesar yang membedakan manusia dari makhluk lain. Berikut adalah beberapa fungsi utama akal bagi manusia:
1. Membedakan antara Benar dan Salah
• Akal memungkinkan manusia untuk menilai dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan akal, manusia dapat memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memilih untuk berbuat kebaikan serta menghindari keburukan.
2. Menyusun Rencana dan Mengambil Keputusan
• Akal memungkinkan manusia untuk berpikir jauh ke depan, merencanakan masa depan, dan membuat keputusan yang bijaksana. Ini termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah, menganalisis situasi, dan menentukan tindakan terbaik dalam berbagai situasi.
3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
• Dengan akal, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akal membantu manusia dalam memahami alam semesta, menemukan hukum-hukum alam, dan mengembangkan berbagai disiplin ilmu yang memperkaya kehidupan manusia.
4. Menjalin Hubungan Sosial
• Akal membantu manusia untuk memahami dan menghargai perasaan serta pemikiran orang lain. Ini penting dalam menjalin hubungan sosial yang harmonis, bekerja sama, dan membentuk masyarakat yang damai dan sejahtera.
5. Memahami dan Mengamalkan Ajaran Agama
• Dalam konteks spiritual, akal memungkinkan manusia untuk memahami ajaran agama, merenungkan kebesaran Tuhan, dan mengamalkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. Akal berperan dalam mencari kebenaran, merenungkan makna hidup, dan menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
6. Mengontrol Nafsu dan Emosi
• Akal berfungsi sebagai pengendali nafsu dan emosi. Dengan akal, manusia dapat mengatur dan menyeimbangkan dorongan emosional dan nafsu agar tidak bertindak di luar kendali atau melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
7. Memahami Etika dan Moral
• Akal memungkinkan manusia untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan etika, yang menjadi panduan dalam bertindak secara benar dan adil dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, akal adalah instrumen penting yang memungkinkan manusia untuk hidup dengan bijaksana, bertanggung jawab, dan bermakna, baik dalam hubungan dengan diri sendiri, sesama manusia, alam, maupun Tuhan.
Waspadalah Kemarahan menghilangkan Akal.
Ungkapan "Waspadalah, kemarahan menghilangkan akal" mengandung makna penting tentang hubungan antara emosi dan akal manusia. Berikut adalah penjelasan dari maksud ungkapan tersebut:
1. Kemarahan Menyebabkan Kehilangan Kendali
• Ketika seseorang marah, emosinya seringkali menguasai pikirannya. Dalam kondisi ini, akal yang biasanya berfungsi untuk menimbang dan mengendalikan tindakan menjadi terhalang oleh luapan emosi. Akibatnya, seseorang mungkin melakukan atau mengatakan sesuatu tanpa berpikir matang, yang kemudian disesali.
2. Mengaburkan Penilaian dan Logika
• Kemarahan dapat mengaburkan penilaian logis dan rasional seseorang. Dalam keadaan marah, orang cenderung melihat situasi dari sudut pandang yang sempit atau bias, sehingga tidak dapat menilai dengan benar apa yang sebenarnya terjadi. Ini bisa menyebabkan keputusan yang salah atau tindakan yang tidak proporsional.
3. Memicu Tindakan Tidak Terpuji
• Ketika akal tidak berfungsi dengan baik akibat kemarahan, seseorang bisa saja melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Tindakan yang dilakukan dalam kemarahan seringkali tidak sesuai dengan norma moral dan etika, karena dipengaruhi oleh emosi negatif.
4. Merusak Hubungan Sosial
• Kemarahan yang tidak terkendali dapat merusak hubungan dengan orang lain. Kata-kata atau tindakan yang dilontarkan saat marah bisa menimbulkan luka atau permusuhan yang sulit diperbaiki. Ini menunjukkan pentingnya menjaga akal tetap jernih dalam situasi emosional.
5. Menghilangkan Hikmah dan Ketenangan
• Akal yang sehat adalah sumber kebijaksanaan dan ketenangan. Namun, ketika marah, seseorang cenderung kehilangan kemampuan untuk berpikir bijak dan tenang. Hal ini menghilangkan potensi untuk mencari solusi yang damai dan positif dalam menghadapi masalah.
Kesimpulan
Ungkapan ini mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi, khususnya kemarahan, agar akal tetap dapat berfungsi dengan baik. Dengan menjaga ketenangan dan tidak membiarkan kemarahan menguasai diri, seseorang dapat mempertahankan kemampuan berpikir rasional, membuat keputusan yang bijaksana, dan menjaga hubungan sosial yang baik.
Waspadalah Sifat dengki menghilangkan agama. Sifat rakus menghilangkan rasa malu. dan Ghibah menghilangkan amal sholeh.
Ungkapan ini memberikan peringatan tentang bahaya tiga sifat negatif—dengki, rakus, dan ghibah—yang dapat merusak fondasi penting dalam kehidupan spiritual dan moral seseorang. Berikut adalah penjelasan mendalam dari setiap peringatan tersebut:
1. Sifat Dengki Menghilangkan Agama
• Dengki adalah perasaan iri hati dan tidak suka melihat orang lain mendapatkan nikmat atau kebahagiaan. Sifat ini dapat merusak hubungan seseorang dengan agama, karena dengki membuat hati menjadi keras dan jauh dari sifat ikhlas dan ridha terhadap ketentuan Tuhan. Orang yang dengki cenderung melupakan nilai-nilai agama seperti syukur, qana'ah (puas dengan yang ada), dan persaudaraan. Dengan demikian, dengki dapat menjauhkan seseorang dari praktik agama yang benar dan mengikis keimanannya.
2. Sifat Rakus Menghilangkan Rasa Malu
• Rakus adalah sifat tamak dan keinginan yang berlebihan terhadap harta, kekuasaan, atau kesenangan duniawi. Sifat ini bisa menghilangkan rasa malu, yang merupakan perisai moral dalam diri seseorang. Orang yang rakus mungkin akan melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya, bahkan jika itu melanggar norma dan etika, serta tidak peduli dengan pandangan orang lain. Rakus dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang tidak terhormat dan melanggar ajaran agama, sehingga rasa malu dan kesadaran akan dosa menjadi terkikis.
3. Ghibah Menghilangkan Amal Sholeh
• Ghibah adalah membicarakan keburukan atau aib orang lain di belakang mereka, yang jika mereka mendengarnya akan merasa tersinggung atau sakit hati. Dalam agama, ghibah dianggap sebagai dosa besar karena merusak kehormatan dan martabat orang lain. Sifat ini dapat menghilangkan amal sholeh, karena pahala dari amal baik seseorang bisa saja hilang akibat dosa ghibah. Bahkan dalam beberapa ajaran, disebutkan bahwa pahala dari orang yang berghibah bisa diberikan kepada orang yang digunjingkan sebagai balasan atas perbuatan buruk tersebut.
Kesimpulan
Ungkapan ini menekankan betapa berbahayanya sifat-sifat negatif seperti dengki, rakus, dan ghibah bagi kehidupan spiritual dan moral seseorang. Dengki dapat merusak hubungan seseorang dengan agama, rakus dapat mengikis rasa malu yang merupakan penjaga moralitas, dan ghibah dapat menghapus amal sholeh yang sudah dikumpulkan. Oleh karena itu, menjaga diri dari sifat-sifat ini sangat penting untuk menjaga kemurnian iman, akhlak, dan amal dalam kehidupan sehari-hari. []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo