Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Degradasi Relasi Keluarga: Inikah Bukti Keringkihan Ketahanan Keluarga dalam Tatanan Kehidupan Sekuler Kapitalistik?

Sabtu, 31 Agustus 2024 | 04:57 WIB Last Updated 2024-08-30T21:58:52Z
TintaSiyasi.id -- Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Penggalan lirik lagu yang berjudul Keluarga Cemara di atas sangat booming pada masanya. Gambaran relasi keluarga merupakan relasi yang sangat kental dan dekat. Bangunan keluarga umumnya dapat merengkuh hubungan ayah, ibu, anak dalam pelukan penuh kasih sayang. Keluarga menghadirkan sosok ibu sebagai madrasah pertama menanamkan akidah Islam bagi anak-anaknya. Begitu pula menghadirkan sosok ayah yang penuh tanggung jawab menjaga dan mendidik istri dan anak-anaknya dengan syariat Islam. Sehingga akan mencetak anak yang berkepribadian Islam. Namun, gambaran keluarga begitu indah ini sepertinya tidak begitu nampak melihat tragedi yang menimpa kebanyakan keluarga dewasa ini.

Pada Sabtu (24/8/2024) laman prokal.co mewartakan di Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat, Jumat (23/8/2024), seorang ibu bernama Hj RK meninggal secara tragis dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa, menebas leher ibunya menggunakan parang.

Dilansir dari Sindonews (24/8/2024), seorang anak Nizam Ahmad Alfahri (6) di Pontianak, Kalimantan Barat, dibunuh oleh ibu tirinya IF (24), yang sempat dilaporkan hilang sebelum ditemukan dalam kondisi mengenaskan terbungkus dalam karung pada Kamis malam (22/8/2024). Dari hasil prarekonstruksi ini terungkap jika korban sudah sering mengalami penyiksaan berupa tindak kekerasan dari pelaku.

Diwartakan metrotvnews.com (24/8/2024), K (22) warga Desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, yaitu Jana (52). Bukan hanya itu, K juga melukai adik perempuannya. Peristiwa penganiayaan berujung pembunuhan itu terjadi pada Jumat, 23 Agustus 2024.

Ketiga tragedi di atas, hanya sedikit dari begitu banyak kasus baik itu kekerasan ataupun pembunuhan yang terjadi di dalam sebuah bangunan keluarga. Inilah realitas mengerikan dan menyakitkan yang terjadi dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik hari ini.
 
Bagaimana degradasi relasi keluarga terjadi dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik?
Apa dampak degradasi relasi keluarga terhadap kekuatan ketahanan keluarga? 
Bagaimana strategi membangun relasi keluarga Muslim yang tangguh dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik?


Degradasi Relasi Keluarga: Bukti Keringkihan Ketahanan Keluarga dalam Tatanan Kehidupan Sekuler Kapitalistik

Tidak dipungkiri bahwa dunia hari ini berada di bawah tatanan kehidupan sekuler kapitalistik. Maka yang terjadi, meskipun kita hidup dalam sebuah bangunan keluarga Muslim sekali pun, pandangan kehidupan sekuler kapitalistik yang dijadikan aturan kehidupan akan mempengaruhi ketahanan keluarga Muslim, dan makin menggradasi relasi keluarga Muslim.

Benarkah tatanan kehidupan sekuler kapitalistik mampu menggradasi relasi keluarga? Kita dapat melihatnya dari beberapa aspek yang mampu mempengaruhi relasi ini, di antaranya:

Pertama, materialisme. Dalam kehidupan kapitalistik, segala sesuatu diukur berdasarkan materi. Pengejaran materi yang dipadu dengan sikap hedonistik dari masyarakat sekuler liberal hanya berpusat pada pemuasan keinginan duniawi tanpa adanya pola pikir dewasa dan bertanggung jawab.

Demi pengejaran materi, tidak sedikit orang tua menelantarkan kewajiban mendidik anak dalam sebuah bangunan keluarga. Ketika anak-anak melihat orang tua mereka membabi buta mengejar materi semata, mereka secara otomatis mulai mengikuti pola yang sama yang menghasilkan perkembangan orang-orang yang egois dan yang tidak pernah puas dengan diri mereka sendiri dan kehidupan mereka. Tak jarang pula demi materi, anak cenderung individualistik melupakan hubungan keluarga hanya demi mendapatkan keinginannya.

Kedua, individualisme. Dalam kehidupan sekuler kapitalistik tidak menjadi langka seseorang dapat berubah lebih individualis. Sikap individualis yang didasarkan pada pandangan sekuler kapitalistik akan benar-benar menggradasi relasi keluarga. Antar keluarga lebih mengutamakan diri sendiri, ingin dihargai dan dihormati, tapi melupakan kewajiban dalam hubungan keluarga, baik dalam kewajiban orang tua mendidik dan menjaga anak atau kewajiban anak berbakti terhadap orang tua, yang semuanya didasarkan pada syariat agama.

Ketiga, industri hiburan. Dalam dunia digital, akses hiburan sangat mudah didapatkan, baik dalam tontonan film, drama, game, streaming, yang menghadirkan berbagai jenis tontonan baik kekerasan maupun sensualitas. Segala bentuk konten hiburan ini mampu merusak nilai-nilai keluarga Muslim. Tak sedikit muncul kasus kekerasan fisik maupun seksual yang terjadi dalam sebuah bangunan keluarga. Padahal, hubungan seorang anak dan orang tua seharusnya adalah sikap saling menghormati dan mendidik. Nilai-nilai keluarga Muslim selalu menjadi komponen yang sangat kuat dari identitas Muslim. Inilah yang saat ini dirusak oleh Barat melalui berbagai tontonan hiburan.

Keempat, lemahnya pemahaman agama. Lemahnya agama memberi pengaruh penting penyebab gradasi relasi keluarga. Kurangnya keyakinan agama, disebabkan kehidupan sekuler yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan. Menganggap agama sebagai belenggu untuk memperoleh kesenangan yang tanpa batas, hawa nafsu telah mendominasi hingga keimanan kian terkikis dan memudarnya keyakinan agama.

Itulah sedikit poin yang memberi pengaruh degradasi relasi keluarga, yang menjadi bukti keringkihan ketahanan keluarga dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik.


Dampak Degradasi Relasi Keluarga terhadap Kekuatan Ketahanan Keluarga

Dampak degradasi relasi keluarga terhadap kekuatan ketahanan keluarga, di antaranya:

Pertama, orang tua kehilangan wibawa di hadapan anaknya. Ketiadaan peran orang tua yang penuh tanggung jawab mampu menghilangkan wibawa orang tua. Anak tidak lagi merasa wajib menghormati orang tua, apalagi pemahaman sekuler telah meracuni pemikiran mereka.

Kedua, anak melupakan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua. Pemahaman agama yang kurang ditambah dengan paham sekuler yang meracuni pemikiran, menjadikan perilaku anak kian terkikis dalam berbakti kepada orang tua, kewajiban birul walidain yang menjadi perintah agama tak lagi ditaati.

Ketiga, ringkihnya ketahanan keluarga. Apabila relasi keluarga baik hubungan orang tua ke anak, atau sebaliknya telah mengalami gradasi, apalagi yang dapat menimpa bangunan keluarga itu, kecuali ketahanan keluarga akan makin ringkih dan goyah, hingga menunggu saatnya hancur.

Keempat, masa depan peradaban suram. Kekuatan ketahanan keluarga menjadi kekuatan terkecil dalam sebuah bangunan negara, dan juga peradaban. Maka dapat dipastikan, keringkihan ketahanan keluarga akan menghasilkan masa depan peradaban yang suram.


Strategi Membangun Relasi Keluarga Muslim yang Tangguh dalam Tatanan Kehidupan Sekuler Kapitalistik

Idealismenya, negara seharusnya berperan sebagai pengurus, salah satunya yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga. Namun, harapan itu sepertinya akan laksana jauh panggang dari api, realitasnya sistem yang diterapkan hari inilah yang merusak tatanan kehidupan dan ketahanan keluarga. Sehingga ketika ingin membangun relasi keluarga yang tangguh harus mencabut sistem sekuler kapitalistik.

Apakah orang tua Muslim harus rela berpasrah pada kondisi? Tentu pastinya akan tetap ada keluarga yang terus berjuang menguatkan ketahanan keluarga mereka di tengah keringkihan ketahanan keluarga kebanyakan.

Relasi keluarga berhubungan dengan orang tua ke anak atau sebaliknya. Sebelum memperbaiki pemahaman anak, tentu elemen utama adalah bagaimana menempatkan diri sebagai orang tua. Di mana orang tua menjadi penentu anak seperti apa yang ingin mereka cetak.

Demi membangun relasi keluarga Muslim yang tangguh dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik, orang tua harus terlebih dahulu memahamkan dirinya dengan Islam, menjadikan syariat Islam sebagai tolok ukur perilakunya. Kemudian, mengazamkan diri untuk mencetak pemuda yang menginternalisasi dalan dirinya ayat berikut:

"Kamu adalah umat terbaik yang diciptakan (sebagai teladan) bagi umat manusia. Kamu menyuruh apa yang benar dan melarang apa yang salah dan beriman kepada Allah." (TQS. Ali Imran ayat 110)

Dengan pendidikan Islam yang benar, ayat ini akan mengubah cara mereka memandang dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk membangun pemuda Muslim yang memegang Islam, membela Islam dan membawa Islam ke dunia, pemuda yang memahami relevansi Islam untuk semua masalah kehidupan dan masalah kemanusiaan, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk umat dari penindasan kepada kebaikan dan keadilan melalui Deen Islam.

Aktivis Muslimah, Yasmin Malik dari Belanda dalam Konferensi Perempuan Internasional, memaparkan enam konsep mewujudkan harapan di atas, di antaranya:

Pertama, membangun pola pikir kritis. Penting membangun pemikiran kritis di masa muda sehingga mereka akan dapat memahami semua informasi di sekitar mereka dan dapat memisahkan kebenaran dari kebohongan. Konsisten mendorong remaja untuk mempertanyakan dan berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu di sekitar mereka. Ide-ide, tuntutan dan sudut pandang yang disajikan kepada mereka harus direnungkan dan kemudian diputuskan apakah mereka akan menerima atau menolak melalui evaluasi yang berhati-hati mengenai ide-ide, tuntutan dan sudut pandang didasarkan pada bukti. 

Kedua, membentuk keyakinan mengenai keberadaan Allah dan kebenaran Al-Quran. Ini akan menjadikan pemuda tidak memiliki bayangan keraguan tentang kebenaran Islam. Dunia telah menjadikan Islam sebagai bahan ejekan, karena itu kita harus melindungi anak-anak muslim jatuh dalam tuduhan ini. Mereka harus mampu melawan serangan yang terus-menerus menyangkal Islam dan mereka harus melakukan hal ini tanpa rasa takut dan tetap teguh pada agama mereka. 

Ketiga, memelihara sebuah kerinduan untuk Jannah. Memelihara kerinduan Jannah dalam anak-anak Muslim dan memahamkan tentang bagaimana sedikit kesenangan hidup ini dibandingkan dengan kehidupan selanjutnya serta menciptakan kesadaran akan sifat sementara dari dunia ini.

Keempat, memahami Islam sebagai Deen dan memahami pentingnya budaya dan sejarah. Memahamkan remaja mengenai Islam sebagai Deen komprehensif dengan prinsip-prinsip hukum dan solusi untuk masalah modern di setiap bidang kehidupan. Memvisualisasikan ide ini kepada mereka dengan belajar tentang solusi Islam terhadap banyak masalah yang umat manusia hadapi saat ini.

Kelima, membongkar iming-iming jalan hidup sekuler liberal. Pembongkaran iming-iming cara liberal sekuler hidup di mata kaum muda dan memungkinkan mereka untuk melihat melalui retorika anti Islam. Memahamkan pemuda bahwa masalah yang kita hadapi di dunia adalah bukan hasil dari Islam tetapi hasil dari sistem sekuler kapitalistik buatan manusia. 

Keenam, membangun rasa tanggung jawab untuk Deen mereka, ummah dan manusia. Kita harus membuat pemuda benar-benar memahami tanggung jawab yang datang dalam firman Allah yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah (panggilan) Allah dan Rasul-Nya, apabila Dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu." (TQS. Al-Anfal ayat 24).

Penuhilah keenam poin tersebut, orang tua yang mencetak anak-anak mereka menjadi pemuda yang memiliki pemahaman sebagaimana di atas, akan memberi harapan bukan hanya terbangun relasi keluarga Muslim yang tangguh dalam tatanan kehidupan sekuler kapitalistik, tetapi akan memberi harapan munculnya kebangkitan Islam melalui tangan pemuda-pemuda dalam menghancurkan tatanan kehidupan sekuler kapitalistik dan menggantinya dengan tatanan kehidupan Islam. []

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst


Oleh: Dewi Srimurtiningsih
Dosol Uniol 4.0 Diponorogo

Opini

×
Berita Terbaru Update