TintaSiyasi.id -- Akhirnya Hamas mengumumkan pengganti Ismail Haniyah yang terbunuh di Teheran, Iran, yang diduga dilakukan oleh Israel. Sosok penganti itu adalah Yahya Sinwar. Cendekiawan Muslim Amar Risalah menuturkan, Yahya Sinwar sudah berjihad sebelum Hamas didirikan. Dulu sebelum Hamas ada, ada faksi-faksi pejuang seperti fatah. Fatah punya Quwah al-Asif atau pasukan badai dan ada juga Jihad Islami.
"Sinwar ini menyediakan semacam pasukan untuk mengungkap siapa saja mata-mata di kalangan pejuang, namanya Al-Majid. Seperti kontra intelijen cuma lebih canggih. Jadi Sinwar sudah biasa menjalankan aksi-aksi rahasia," ujarnya, di kanal YouTube Muhammad Husein Gaza: Ngobrol Bareng Risalah Amar, bertajuk Yahya Sinwar Gantikan Ismail Haniyah, Amerika Kebakaran Jenggot, Rabu (7/8/2024).
Amar mengungkapkan, usia Yahya Sinwar sekitar 24 atau 25, ia membuat organisasi intelijen Gaza untuk mengungkap siapa saja mata-mata Israel di dalam Gaza. Setelah Hamas berdiri, tampaknya Yahya Sinwar cocok dengan ideologi Hamas. Maka, bergabunglah Sinwar bersama Syaik Muhammad Yasin. Sinwar langsung diangkat sebagai ketua biro intelijen Hamas.
"Ketika Yahya Sinwar hingga sampai dijebloskan ke penjara, waktu itu gaza belum steril seperti sekarang. Setelah Sinwar ditangkap, diculiklah seorang tentara Israel dari perbatasan pakai terowongan. Ini pertama kalinya terowongan dipakai," ujarnya.
"Penculikan tentara Israel ini digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk pembebasan Yahya Sinwar. Pada tahun 2012, Yahya Sinwar dibebaskan bersama sekitar seribuan orang tahanan lainnya," lanjutnya.
Ia menuturkan bahwa Sinwar adalah orang yang paling tidak disukai Israel. Karena di awal perang, negosiasinya pernah dipimpin sama Yahya Sinwar. Ternyata Yahya Sinwar menyaratkan sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Israel. Banyak permintaan-permintaan rekontruksi Gaza.
"Jadi terlalu tinggi sekali ini syarat-syaratnya (tawarannya). "Kalau perang ini selesai, lepaskan semua tawanan," sahut Muhammad Husein.
Dilanjutkan oleh Amar bahwa ada sebagain pakar di Indonesia mengatakan bahwa ketika negosiasi ini ada dua kutub, yaitu kubu yang lebih luwes diwakili pemimpin Hamas yang ada di luar negeri seperti Ismail Haniyah dan kubu yang lebih saklek. Kubu yang saklek ini diwakili oleh Yahya Sinwar.
"Bahwa memang bukan hal yang baru, sedari dulu melihat sosok Sinwar ini adalah sosok yang nyolot. "Nyolot emang, saya ingat di tahun 2021, saya di Gaza setelah perang Saiful 2021 tercapai gencatan senjata, seperti yang sudah-sudah Hamaslah yang meletakan syarat, kalau mau selesai begini syarat-syaratnya. Itu di Ok kan oleh Israel sebagai pihak yang kalah," tutur Muhammad Husein.
Muhammad Husein lanjut mengisahkan, saat itu melihat langsung dalam tayangan televisi, Sinwar mengancam, ia katakan di banyak media begini "Hari ini kami telah menang, telah menang melawan musuh. Kalau kalian tidak percaya kalau kami menang, kalau kalian tidak percaya, saya sekarang di tempat terbuka, di hadapan para wartawan saya berjalan, lihat mereka (Israel) tidak akan berani tembak saya, mereka tidak berani ngebom saya.
"Sinwar sosok yang nantangin. Memang sejak dulu Sinwar dipandang orang yang keras dan enggak menyerah. Pokoknya enggak mau mengalah. Jadi enggak disukai musuh," pungkasnya. []Lanhy Hafa