“Baiknya memilih bahasa edukasi “kesehatan tentang
reproduksi (kespro)" bagi pelajar dan remaja. Itu lebih bagus, karena bahasa
Biologi. Jika menggunakan istilah "pendidikan seks", konotasinya hubungan seks,” ujarnya di kanal YouTube Guru
Muslim Inspiratif dalam Podcast Sepulang Mengajar: Kacau! Peraturan
Pemerintah Pelegalan Alat Kontrasepsi, Sudah Sah?!, Ahad (11/08/2024).
“Edukasi kesehatan
reproduksi, berarti bicara tentang bagaimana cowok memperhatikan kesehatan
organ reproduksi, supaya tidak kena penyakit kulit, atau ketika berumah tangga kualitas sperma bagus, dan
pada usia berapa yang
pas mereka menikah," tuturnya.
Untuk
perempuan, menurutnya, bagaimana menjaga kesehatan ovarium dan rahim. “Ketika menstruasi harus apa dan apa
yang tidak boleh. Hal tersebut penting karena terkait perkara fardu (wajib).
Juga mengetahui hal-hal kemaslahatan atau madarat yang bisa menimpa mereka, juga
pengetahuan tentang gizi,” bebernya.
"Nanti
di level lebih tinggi , yakni persiapan mau menikah, para pemuda yang pranikah
itu baru dibahas masalah adab-adab, etika dalam hubungan suami istri. Seperti
itu lebih pas, tapi kalau usia SMA apalagi SMP, adab-adab hubungan suami istri,
itu terlalu jauh. Lebih tepat edukasi kesehatan reproduksi untuk pelajar maupun remaja. Memang urgen,” jelasnya.
Sudut Pandang
Agama
"Kenapa
harus dibahas laki-laki itu ihtilam (mimpi basah pertanda balig), apa
penyebabnya. Perempuan kenapa haid, apa itu haid, dan konsekuensinya secara hukum
agama?," ujarnya.
Jadi
menurutnya, ada dua hal yang harus disampaikan diedukasi kesehatan reproduksi. “Pertama, sisi medisnya. Kedua, sisi
hukum-hukum agamanya. Yang non-Muslim, mendapat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
bisa menjaga kesehatan dengan dimotivasi tetap virgin (perawan)
sampai menikah nanti,”
ulasnya.
"Bukan
malah didorong dan difasilitasi. Enggak apa-apa hubungan di luar nikah, yang penting pakai kontrasepsi, jangan sampai hamil, dan setia dengan pasangan. Tahun
pertama setia, tahun kedua ganti, tahun ketiga ganti, keempat ganti lagi. Kacau
kalau begitu," ketusnya.
Ia katakan,
kaum Muslim sudah punya norma Islam terkait organ reproduksi, konsekuensinya,
balig, dan lain-lain. “Bagaimana taharah ketika nanti haid atau mimpi basah. Hal
tersebut ada pembahasannya dan harus disampaikan. Jangan masalah alat
kontrasepsi untuk anak-anak pelajar, itu di level advance (level
lebih tinggi),” imbuhnya.
Ketika
mereka mau menikah, lanjutnta, maka dibahas tentang bagaimana masalah
penggunaan alat kontrasepsi secara hukum agama dan kesehatan, sehingga ketika
sudah menikah bisa menentukan sendiri masalah penggunaan alat kontrasepsi.
"Tapi
kalau pelajar, apalagi diberikan fasilitas alat kontrasepsi, ini bahaya. Rusak
pelajar kita," pungkasnya.[] Tari Handrianingsih