Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bacalah Iqra Ayat Al-Qur'an yang Pertama Kali Turun

Jumat, 30 Agustus 2024 | 06:22 WIB Last Updated 2024-08-29T23:22:37Z

Tintasiyasi.ID -- Sobat. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah dari surah Al-'Alaq, ayat 1-5. Ayat ini dikenal sebagai perintah pertama dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk membaca, yang menandai dimulainya wahyu Al-Qur'an. Berikut adalah ayat tersebut:

 

Surah Al-'Alaq (96): 1-5

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ  

 

1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,

5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

Penjelasan

* Iqra berarti "bacalah", yang merupakan perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Ini menekankan pentingnya ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dimulai dengan membaca.

* Bismi rabbika berarti "dengan nama Tuhanmu", menunjukkan bahwa segala aktivitas, termasuk membaca dan mencari ilmu, harus dimulai dengan menyebut nama Allah.

* Al-'Alaq adalah asal mula penciptaan manusia, mengingatkan manusia tentang asal usulnya yang rendah, namun Allah memuliakannya dengan ilmu.

* Pena melambangkan alat untuk menulis dan menyebarkan pengetahuan. Ini menggarisbawahi pentingnya tulisan dalam penyebaran ilmu dan pengetahuan.

* Ayat-ayat ini memulai perjalanan risalah Nabi Muhammad saw. dan menekankan pentingnya membaca, menulis, dan memperoleh ilmu dalam Islam.

 

Bacalah! itulah kata yang akan melahirkan citra peradaban Islam yang akan melukiskan berabad-abad sejarah yang tidak akan pernah padam.

 

Ungkapan ini menyoroti betapa pentingnya perintah "iqra" (bacalah) dalam pembentukan dan pengembangan peradaban Islam. Kata tersebut tidak hanya menjadi awal dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw., tetapi juga simbol dari dorongan utama untuk pengetahuan, pendidikan, dan kemajuan peradaban. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pengaruh perintah "iqra" dalam sejarah dan peradaban Islam:

 

1. Awal dari Wahyu dan Risalah

* Perintah "iqra" adalah permulaan dari wahyu Al-Qur'an yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Ini menandai dimulainya periode risalah Islam yang akan membawa perubahan besar dalam sejarah umat manusia. Perintah ini menjadi dasar bagi semua ajaran Islam yang berkembang selama berabad-abad.

 

2. Dorongan untuk Pengetahuan dan Pendidikan

* Dengan perintah ini, Islam menempatkan pengetahuan dan pendidikan sebagai nilai yang sangat penting. "Iqra" menggarisbawahi pentingnya membaca, belajar, dan mengajarkan ilmu, yang menjadi pilar utama dalam peradaban Islam. Ini mendorong umat Islam untuk terus mencari ilmu dan meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pengetahuan.

 

3. Pengaruh dalam Peradaban Islam

* Kata "iqra" telah melahirkan tradisi intelektual yang kaya dalam peradaban Islam. Selama zaman keemasan Islam, banyak ilmuwan, cendekiawan, dan pemikir Muslim yang berkontribusi besar dalam bidang sains, matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat, mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang dimulai dari semangat perintah ini.

 

4. Warisan Ilmiah yang Abadi

* Peradaban Islam yang lahir dari semangat "iqra" meninggalkan warisan ilmiah dan budaya yang sangat berharga. Karya-karya ilmiah, sastra, dan filosofi yang ditulis oleh para ilmuwan Muslim telah memengaruhi peradaban dunia dan terus dihargai hingga saat ini.

 

5. Inspirasi untuk Generasi Mendatang

* Perintah ini tidak hanya relevan untuk masa lalu, tetapi juga untuk masa depan. Semangat "iqra" terus menginspirasi umat Islam untuk terus belajar, berinovasi, dan menyumbangkan pengetahuan mereka bagi kemajuan umat manusia. Ini adalah panggilan untuk terus memperjuangkan pendidikan dan pengetahuan dalam setiap aspek kehidupan.

 

Kesimpulan

 

Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa perintah "iqra" adalah fondasi dari peradaban Islam yang mengedepankan pengetahuan dan pendidikan. Melalui perintah ini, Islam telah melahirkan sebuah peradaban yang tidak hanya memengaruhi sejarah, tetapi juga terus memberikan kontribusi positif bagi dunia hingga hari ini. "Iqra" adalah kata yang melambangkan komitmen untuk terus mencari ilmu dan memajukan peradaban manusia secara berkelanjutan.

 

Bacalah! Sampai Kita Menyembah Allah

 

Ungkapan "bacalah! sampai kita menyembah Allah" mengandung pesan yang mendalam mengenai tujuan akhir dari kegiatan membaca dan belajar dalam konteks spiritual dan religius. Berikut adalah penjelasan tentang makna dan implikasi dari ungkapan ini:

 

1. Kegiatan Membaca sebagai Sarana Ibadah

* Perintah "iqra" (bacalah) dalam konteks ini menunjukkan bahwa membaca dan belajar bukanlah aktivitas yang terpisah dari ibadah, melainkan merupakan bagian dari upaya untuk lebih memahami Allah dan menjalani hidup sesuai dengan perintah-Nya. Membaca kitab suci, hadis, dan literatur agama bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang Allah dan meningkatkan keimanan.

 

2. Tujuan Utama: Penyembahan Allah

* Tujuan akhir dari segala aktivitas pembelajaran dan membaca adalah untuk meningkatkan ibadah dan penyembahan kepada Allah. Dengan memahami ajaran agama, seseorang akan lebih mampu menyembah Allah dengan cara yang benar dan sesuai dengan syariat Islam. Pembelajaran yang dilakukan dengan niat yang benar akan membawa seseorang kepada penghambaan yang lebih baik dan lebih khusyuk kepada Allah.

 

3. Penerapan Pengetahuan dalam Kehidupan

* Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dan belajar seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kewajiban agama dan mencapai ketaatan kepada Allah. Ini termasuk mengamalkan ajaran agama, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Pengetahuan yang tidak diimplementasikan dalam amal tidak akan membawa manfaat spiritual.

 

4. Meningkatkan Kualitas Ibadah

* Dengan memahami lebih dalam tentang ajaran agama melalui membaca, seseorang dapat meningkatkan kualitas ibadahnya. Misalnya, memahami makna salat, zikir, dan doa dengan lebih mendalam akan membuat seseorang lebih khusyuk dan sadar dalam beribadah.

 

5. Menyebarluaskan Ilmu untuk Kebaikan

* Membaca dan belajar juga melibatkan penyebarluasan ilmu untuk kebaikan umat. Dengan berbagi pengetahuan dan mengajarkannya kepada orang lain, seseorang berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan praktik agama di masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat penghambaan kolektif kepada Allah.

 

Kesimpulan

 

Ungkapan ini mengajarkan bahwa kegiatan membaca dan belajar harus diarahkan untuk tujuan spiritual, yaitu menyembah Allah. Setiap ilmu yang diperoleh melalui pembelajaran seharusnya mengarah pada peningkatan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya menjadi aktivitas intelektual tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam iman dan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah.

 

Bacalah ! Supaya kita mencapai posisi agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia. Bacalah! agar kita menjadi insan yang bertakwa.

 

Ungkapan ini menggambarkan dua tujuan utama dari perintah "bacalah!" yang ada dalam konteks ajaran Islam:

 

1. Menjadi Saksi atas Perbuatan Manusia

* Peran sebagai saksi: dengan membaca dan memahami wahyu Allah serta ajaran agama, seseorang tidak hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga siap untuk menjadi saksi di hadapan Allah mengenai apa yang telah dipelajari dan diamalkan. Dalam konteks ini, "menjadi saksi" berarti memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama sehingga mampu memberikan kesaksian tentang bagaimana ajaran tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

* Kewajiban dan tanggung jawab: menjadi saksi juga melibatkan tanggung jawab untuk menjalankan ajaran agama dengan benar dan menyampaikannya kepada orang lain. Ini adalah bagian dari tugas sebagai umat Islam untuk mengamalkan, menyebarluaskan, dan menegakkan kebenaran dalam masyarakat.

 

2. Menjadi Insan yang Bertakwa

* Takwa sebagai tujuan: membaca dengan niat untuk memahami ajaran Allah dan memperdalam iman bertujuan untuk mencapai takwa, yaitu kesadaran dan ketakwaan kepada Allah. Insan yang bertakwa adalah orang yang memiliki kesadaran tinggi terhadap hakikat keberadaan Allah dan bertindak sesuai dengan petunjuk-Nya.

* Penerapan dalam kehidupan: takwa mencakup penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjalankan ibadah dengan khusyuk, menjauhi dosa, dan berbuat baik kepada sesama. Membaca Al-Qur'an dan hadis dengan pemahaman yang benar akan membantu seseorang untuk lebih mudah mencapai tingkat takwa ini.

 

Konsekuensi dari Membaca dengan Tujuan Tertentu

* Pemahaman yang mendalam: membaca bukan hanya tentang mengumpulkan informasi, tetapi juga tentang memahami dan mengamalkan ajaran dengan baik. Pemahaman yang mendalam membantu seseorang untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

* Kepatuhan dan kesadaran: dengan memahami ajaran agama secara mendalam, seseorang akan lebih mudah untuk taat kepada Allah dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab spiritual.

 

Kesimpulan

 

Ungkapan ini menekankan bahwa perintah untuk membaca tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga untuk mencapai posisi sebagai saksi yang memahami dan mengamalkan ajaran Allah dengan baik, serta untuk menjadi insan yang bertakwa. Membaca dengan niat dan tujuan tersebut akan membawa seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran agama dan membantu mencapai ketakwaan yang sesungguhnya.

 

Bacalah! Dengan kata ini, Ibnul Jauzi dikemudian hari menulis dua ribu jilid buku dengan jarinya, lalu mengumpulkan serutan penanya dan memerintahkan agar memanaskan air mandi jenazahnya dengan serutan penanya jika dia meninggal karena Allah mencintai pena.

 

Cerita tentang Ibnul Jauzi yang disebutkan dalam ungkapan ini menggambarkan dedikasi dan kecintaan seorang ulama terhadap ilmu dan penulisan. Ibnul Jauzi (w. 1200 M) adalah seorang ulama besar, cendekiawan, dan penulis prolifik dalam sejarah Islam.

 

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai kisah dan makna di balik ungkapan tersebut:

 

1. Dedikasi terhadap Ilmu

* Penulisan yang produktif: Ibnul Jauzi dikenal karena kontribusinya yang luar biasa dalam penulisan ilmiah. Dalam hidupnya, ia menulis lebih dari dua ribu jilid buku, menunjukkan komitmennya yang mendalam terhadap penyebaran ilmu dan pengetahuan. Karya-karyanya meliputi berbagai bidang, seperti fikih, hadis, tafsir, dan tasawuf.

* Peran pena dalam ilmu: pena, sebagai simbol penulisan dan ilmu, adalah alat yang sangat dihargai dalam tradisi Islam. Ibnul Jauzi menunjukkan betapa pentingnya pena dalam proses pembelajaran dan penyebaran ilmu.

 

2. Cinta kepada Pena dan Ilmu

* Cinta kepada pena: Ibnul Jauzi menunjukkan kecintaannya kepada pena dengan cara yang simbolis. Dengan memerintahkan agar serutan pena digunakan untuk memanaskan air mandi jenazahnya, ia ingin mengungkapkan betapa penting dan mulianya pena dan ilmu dalam hidupnya. Ini adalah bentuk penghormatan dan rasa syukur terhadap alat yang digunakan untuk menyebarkan ilmu.

* Makna simbolis: penggunaan serutan pena untuk memanaskan air mandi jenazahnya bukan hanya tindakan praktis, tetapi lebih sebagai simbol dari kecintaan dan penghargaan yang mendalam terhadap penulisan dan pengetahuan.

 

3. Tindakan Penuh Makna

* Pendidikan dan inspirasi: kisah ini juga menginspirasi orang lain untuk menghargai ilmu dan penulisan. Ibnul Jauzi menunjukkan bahwa cinta kepada ilmu dan pena seharusnya tidak hanya terlihat dalam karya, tetapi juga dalam cara kita menghargai dan merawat alat-alat yang digunakan untuk mencapai ilmu tersebut.

* Penghargaan terhadap ilmu: tindakan ini menggarisbawahi pentingnya mengabdikan diri pada ilmu dan menghargai setiap aspek dari proses belajar dan mengajar. Ini mencerminkan komitmen yang tulus terhadap pengembangan diri dan penyebaran pengetahuan.

 

Kesimpulan

 

Ungkapan ini menggambarkan betapa besar kecintaan Ibnul Jauzi terhadap ilmu dan pena. Melalui kisahnya, kita dapat melihat bagaimana ia menyanjung pena sebagai alat yang berharga dan menyimbolkan dedikasinya dalam menulis dan menyebarkan ilmu. Tindakan simbolisnya, seperti menggunakan serutan pena untuk memanaskan air mandi jenazahnya, menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan penulisan dalam hidupnya serta betapa besarnya penghargaan yang diberikan terhadap proses tersebut.

 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update