Tintasiyasi.ID -- Sobat. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah dari surah Al-'Alaq, ayat 1-5. Ayat ini dikenal sebagai perintah pertama dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk membaca, yang menandai dimulainya wahyu Al-Qur'an. Berikut adalah ayat tersebut:
Surah
Al-'Alaq (96): 1-5
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ
رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara
kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Penjelasan
* Iqra
berarti "bacalah", yang merupakan perintah langsung dari Allah kepada
Nabi Muhammad saw. Ini menekankan pentingnya ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dimulai
dengan membaca.
* Bismi
rabbika berarti "dengan nama Tuhanmu", menunjukkan bahwa segala
aktivitas, termasuk membaca dan mencari ilmu, harus dimulai dengan menyebut
nama Allah.
* Al-'Alaq
adalah asal mula penciptaan manusia, mengingatkan manusia tentang asal usulnya
yang rendah, namun Allah memuliakannya dengan ilmu.
* Pena
melambangkan alat untuk menulis dan menyebarkan pengetahuan. Ini
menggarisbawahi pentingnya tulisan dalam penyebaran ilmu dan pengetahuan.
* Ayat-ayat
ini memulai perjalanan risalah Nabi Muhammad saw. dan menekankan pentingnya membaca,
menulis, dan memperoleh ilmu dalam Islam.
Bacalah!
itulah kata yang akan melahirkan citra peradaban Islam yang akan melukiskan
berabad-abad sejarah yang tidak akan pernah padam.
Ungkapan ini
menyoroti betapa pentingnya perintah "iqra" (bacalah) dalam pembentukan dan
pengembangan peradaban Islam. Kata tersebut tidak hanya menjadi awal dari wahyu
pertama yang diterima Nabi Muhammad saw., tetapi juga simbol dari dorongan
utama untuk pengetahuan, pendidikan, dan kemajuan peradaban. Berikut adalah
beberapa poin penting mengenai pengaruh perintah "iqra" dalam sejarah dan peradaban
Islam:
1. Awal dari
Wahyu dan Risalah
* Perintah
"iqra" adalah permulaan dari wahyu Al-Qur'an yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw. Ini menandai dimulainya periode risalah Islam yang akan membawa
perubahan besar dalam sejarah umat manusia. Perintah ini menjadi dasar bagi
semua ajaran Islam yang berkembang selama berabad-abad.
2. Dorongan untuk
Pengetahuan dan Pendidikan
* Dengan
perintah ini, Islam menempatkan pengetahuan dan pendidikan sebagai nilai yang
sangat penting. "Iqra" menggarisbawahi pentingnya membaca, belajar, dan
mengajarkan ilmu, yang menjadi pilar utama dalam peradaban Islam. Ini mendorong
umat Islam untuk terus mencari ilmu dan meningkatkan kualitas hidup mereka
melalui pengetahuan.
3. Pengaruh
dalam Peradaban Islam
* Kata
"iqra" telah melahirkan tradisi intelektual yang kaya dalam peradaban
Islam. Selama zaman keemasan Islam, banyak ilmuwan, cendekiawan, dan pemikir Muslim yang
berkontribusi besar dalam bidang sains, matematika, astronomi, kedokteran, dan
filsafat, mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang dimulai dari
semangat perintah ini.
4. Warisan
Ilmiah yang Abadi
* Peradaban
Islam yang lahir dari semangat "iqra" meninggalkan warisan ilmiah
dan budaya yang sangat berharga. Karya-karya ilmiah, sastra, dan filosofi yang
ditulis oleh para ilmuwan Muslim telah memengaruhi peradaban dunia dan terus
dihargai hingga saat ini.
5. Inspirasi
untuk Generasi Mendatang
* Perintah
ini tidak hanya relevan untuk masa lalu, tetapi juga untuk masa depan. Semangat
"iqra" terus menginspirasi umat Islam untuk terus belajar, berinovasi,
dan menyumbangkan pengetahuan mereka bagi kemajuan umat manusia. Ini adalah
panggilan untuk terus memperjuangkan pendidikan dan pengetahuan dalam setiap
aspek kehidupan.
Kesimpulan
Ungkapan ini
mengingatkan kita bahwa perintah "iqra" adalah fondasi dari
peradaban Islam yang mengedepankan pengetahuan dan pendidikan. Melalui perintah
ini, Islam telah melahirkan sebuah peradaban yang tidak hanya memengaruhi
sejarah, tetapi juga terus memberikan kontribusi positif bagi dunia hingga hari
ini. "Iqra" adalah kata yang melambangkan komitmen untuk terus
mencari ilmu dan memajukan peradaban manusia secara berkelanjutan.
Bacalah! Sampai Kita Menyembah Allah
Ungkapan
"bacalah! sampai kita menyembah Allah" mengandung pesan yang mendalam
mengenai tujuan akhir dari kegiatan membaca dan belajar dalam konteks spiritual
dan religius. Berikut adalah penjelasan tentang makna dan implikasi dari
ungkapan ini:
1. Kegiatan
Membaca sebagai Sarana Ibadah
* Perintah
"iqra" (bacalah) dalam konteks ini menunjukkan bahwa membaca dan
belajar bukanlah aktivitas yang terpisah dari ibadah, melainkan merupakan
bagian dari upaya untuk lebih memahami Allah dan menjalani hidup sesuai dengan
perintah-Nya. Membaca kitab suci, hadis, dan literatur agama bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan tentang Allah dan meningkatkan keimanan.
2. Tujuan
Utama: Penyembahan Allah
* Tujuan
akhir dari segala aktivitas pembelajaran dan membaca adalah untuk meningkatkan
ibadah dan penyembahan kepada Allah. Dengan memahami ajaran agama, seseorang
akan lebih mampu menyembah Allah dengan cara yang benar dan sesuai dengan
syariat Islam. Pembelajaran yang dilakukan dengan niat yang benar akan membawa
seseorang kepada penghambaan yang lebih baik dan lebih khusyuk kepada Allah.
3. Penerapan
Pengetahuan dalam Kehidupan
*
Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dan belajar seharusnya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kewajiban agama dan mencapai
ketaatan kepada Allah. Ini termasuk mengamalkan ajaran agama, menjalankan
perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Pengetahuan yang tidak
diimplementasikan dalam amal tidak akan membawa manfaat spiritual.
4.
Meningkatkan Kualitas Ibadah
* Dengan
memahami lebih dalam tentang ajaran agama melalui membaca, seseorang dapat
meningkatkan kualitas ibadahnya. Misalnya, memahami makna salat, zikir, dan doa
dengan lebih mendalam akan membuat seseorang lebih khusyuk dan sadar dalam
beribadah.
5.
Menyebarluaskan Ilmu untuk Kebaikan
* Membaca dan
belajar juga melibatkan penyebarluasan ilmu untuk kebaikan umat. Dengan berbagi
pengetahuan dan mengajarkannya kepada orang lain, seseorang berkontribusi dalam
meningkatkan pemahaman dan praktik agama di masyarakat, yang pada gilirannya
memperkuat penghambaan kolektif kepada Allah.
Kesimpulan
Ungkapan ini
mengajarkan bahwa kegiatan membaca dan belajar harus diarahkan untuk tujuan
spiritual, yaitu menyembah Allah. Setiap ilmu yang diperoleh melalui
pembelajaran seharusnya mengarah pada peningkatan ketaatan dan ibadah kepada
Allah. Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya menjadi aktivitas
intelektual tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam iman dan meningkatkan
kualitas ibadah kita kepada Allah.
Bacalah !
Supaya kita mencapai posisi agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia.
Bacalah! agar kita menjadi insan yang bertakwa.
Ungkapan ini
menggambarkan dua tujuan utama dari perintah "bacalah!" yang ada dalam konteks
ajaran Islam:
1. Menjadi
Saksi atas Perbuatan Manusia
* Peran
sebagai saksi: dengan membaca dan memahami wahyu Allah serta ajaran agama,
seseorang tidak hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga siap untuk menjadi
saksi di hadapan Allah mengenai apa yang telah dipelajari dan diamalkan. Dalam
konteks ini, "menjadi saksi" berarti memiliki pemahaman yang mendalam
tentang ajaran agama sehingga mampu memberikan kesaksian tentang bagaimana
ajaran tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
* Kewajiban
dan tanggung jawab: menjadi saksi juga melibatkan tanggung jawab untuk
menjalankan ajaran agama dengan benar dan menyampaikannya kepada orang lain.
Ini adalah bagian dari tugas sebagai umat Islam untuk mengamalkan,
menyebarluaskan, dan menegakkan kebenaran dalam masyarakat.
2. Menjadi
Insan yang Bertakwa
* Takwa
sebagai tujuan: membaca dengan niat untuk memahami ajaran Allah dan memperdalam
iman bertujuan untuk mencapai takwa, yaitu kesadaran dan ketakwaan kepada
Allah. Insan yang bertakwa adalah orang yang memiliki kesadaran tinggi terhadap
hakikat keberadaan Allah dan bertindak sesuai dengan petunjuk-Nya.
* Penerapan
dalam kehidupan: takwa mencakup penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari, seperti menjalankan ibadah dengan khusyuk, menjauhi dosa, dan
berbuat baik kepada sesama. Membaca Al-Qur'an dan hadis dengan pemahaman yang
benar akan membantu seseorang untuk lebih mudah mencapai tingkat takwa ini.
Konsekuensi
dari Membaca dengan Tujuan Tertentu
* Pemahaman
yang mendalam: membaca bukan hanya tentang mengumpulkan informasi, tetapi juga
tentang memahami dan mengamalkan ajaran dengan baik. Pemahaman yang mendalam
membantu seseorang untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan menjadi
contoh yang baik bagi orang lain.
* Kepatuhan
dan kesadaran: dengan memahami ajaran agama secara mendalam, seseorang akan
lebih mudah untuk taat kepada Allah dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran
akan tanggung jawab spiritual.
Kesimpulan
Ungkapan ini
menekankan bahwa perintah untuk membaca tidak hanya untuk memperoleh
pengetahuan, tetapi juga untuk mencapai posisi sebagai saksi yang memahami dan
mengamalkan ajaran Allah dengan baik, serta untuk menjadi insan yang bertakwa.
Membaca dengan niat dan tujuan tersebut akan membawa seseorang kepada pemahaman
yang lebih mendalam tentang ajaran agama dan membantu mencapai ketakwaan yang
sesungguhnya.
Bacalah!
Dengan kata ini, Ibnul Jauzi dikemudian hari menulis dua ribu jilid buku dengan
jarinya, lalu mengumpulkan serutan penanya dan memerintahkan agar memanaskan
air mandi jenazahnya dengan serutan penanya jika dia meninggal karena Allah
mencintai pena.
Cerita
tentang Ibnul Jauzi yang disebutkan dalam ungkapan ini menggambarkan dedikasi
dan kecintaan seorang ulama terhadap ilmu dan penulisan. Ibnul Jauzi (w. 1200
M) adalah seorang ulama besar, cendekiawan, dan penulis prolifik dalam sejarah
Islam.
Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai kisah dan makna di balik ungkapan
tersebut:
1. Dedikasi terhadap Ilmu
* Penulisan yang
produktif: Ibnul Jauzi dikenal karena kontribusinya yang luar biasa dalam penulisan
ilmiah. Dalam hidupnya, ia menulis lebih dari dua ribu jilid buku, menunjukkan
komitmennya yang mendalam terhadap penyebaran ilmu dan pengetahuan.
Karya-karyanya meliputi berbagai bidang, seperti fikih, hadis, tafsir, dan tasawuf.
* Peran pena
dalam ilmu: pena, sebagai simbol penulisan dan ilmu, adalah alat yang sangat
dihargai dalam tradisi Islam. Ibnul Jauzi menunjukkan betapa pentingnya pena
dalam proses pembelajaran dan penyebaran ilmu.
2. Cinta
kepada Pena dan Ilmu
* Cinta
kepada pena: Ibnul Jauzi menunjukkan kecintaannya kepada pena dengan cara yang
simbolis. Dengan memerintahkan agar serutan pena digunakan untuk memanaskan air
mandi jenazahnya, ia ingin mengungkapkan betapa penting dan mulianya pena dan
ilmu dalam hidupnya. Ini adalah bentuk penghormatan dan rasa syukur terhadap
alat yang digunakan untuk menyebarkan ilmu.
* Makna simbolis:
penggunaan serutan pena untuk memanaskan air mandi jenazahnya bukan hanya
tindakan praktis, tetapi lebih sebagai simbol dari kecintaan dan penghargaan
yang mendalam terhadap penulisan dan pengetahuan.
3. Tindakan
Penuh Makna
* Pendidikan
dan inspirasi: kisah ini juga menginspirasi orang lain untuk menghargai ilmu
dan penulisan. Ibnul Jauzi menunjukkan bahwa cinta kepada ilmu dan pena
seharusnya tidak hanya terlihat dalam karya, tetapi juga dalam cara kita
menghargai dan merawat alat-alat yang digunakan untuk mencapai ilmu tersebut.
*
Penghargaan terhadap ilmu: tindakan ini menggarisbawahi pentingnya mengabdikan
diri pada ilmu dan menghargai setiap aspek dari proses belajar dan mengajar.
Ini mencerminkan komitmen yang tulus terhadap pengembangan diri dan penyebaran
pengetahuan.
Kesimpulan
Ungkapan ini
menggambarkan betapa besar kecintaan Ibnul Jauzi terhadap ilmu dan pena.
Melalui kisahnya, kita dapat melihat bagaimana ia menyanjung pena sebagai alat
yang berharga dan menyimbolkan dedikasinya dalam menulis dan menyebarkan ilmu.
Tindakan simbolisnya, seperti menggunakan serutan pena untuk memanaskan air
mandi jenazahnya, menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan penulisan dalam
hidupnya serta betapa besarnya penghargaan yang diberikan terhadap proses
tersebut.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku
Gizi Spiritual dan Dosen Psikologi Pendidikan
Pascasarjana UIT Lirboyo