Tintasiyasi.id.com -- Kembali ramai diperbincangkan publik baik di media sosial maupun media massa terkait jumlah pengangguran di Indonesia yang meningkat pesat, khususnya pada Gen Z atau anak muda.
Dikabarkan anak-anak muda lalu-lalang dikawasan perkantoran Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, pada Jumat 9 Agustus 2024 lalu.
Ratusan ribu anak muda Indonesia tidak hanya berada dalam kondisi menganggur, disamping itu mereka juga merasa putus asa karena tidak bisa mendapat pekerjaan satu pun. Setidaknya terdapat 369,5 ribu anak muda rentang usia 15- 29 tahun yang masuk ke golongan hopeless of job (Tempo.com, 09/08/2024).
Merujuk kembali pada data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2024, telah terdapat 3,6 juta Gen Z usia 15-24 yang menganggur tahun ini. Sementara total pengangguran terbuka di Indonesia ada di angka 7,2 juta. Bisa diartikan, Gen Z atau anak muda telah menyumbang 50,29 persen dari total pengangguran terbuka di Indonesia.
Semenjak enam bulan lalu saja sudah tinggi persentase pengangguran di Indonesia. Polemik anak muda di negri yang kaya akan sumber daya alam, sungguh memprihatinkan. Belum tuntas masalah yang lalu, terbitlah masalah baru. Sebagai contoh saja, seperti biaya UKT yang mahal, salah pilih jurusan, lulus tapi tak menjamin punya kredibilitas hingga tak menjamin dapat pekerjaan yang cocok sesuai impian.
Salah jurusan atau mata pelajaran kuliah yang dipilih masyarakat muda tidak banyak dibutuhkan di dunia pekerjaan. Maka, ketika ada mismatch semacam itu menyebabkan mereka tak masuk kriteria kebutuhan industri yang menerima mereka.
Kelangkaan lapangan kerja menunjukkan kegagalan negara dalam menjamin kesempatan kerja para kepala keluarga/ laki-laki, yang merupakan salah satu mekanisme terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Hal ini buah penerapan sistem Ekonomi Kapitalisme yang menjadikan pengelolaan SDAE (sumber daya alam dan energi) diberikan kepada asing dan swasta. Ditambah lahirnya berbagai regulasi yang justru menyulitkan rakyat untuk mendapatkan pekerjaan akibat terjadinya deindustrialisasi.
Negara gagal menciptakan lapangan pekerjaan. Negara gagal memberi jaminan kesejahteraan. Negara gagal memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyatnya.
Flashback ke masa Jokowi kampanye, ada kartu prakerja yang digaung-gaungkan akan menyelesaikan permasalah pengangguran di negeri ini. Tetapi entah kenapa sampai saat ini tidak terlihat secara signifikan progam yang dijanjikan waktu kampanye itu.
Apalagi kondisi negara saat ini memudahkan investor asing untuk mendirikan perusahaan-perusahaan besar serta pekerjaannya dalam mengelola SDA. Selain itu adanya ketidaksesuaian antara lapangan kerja yang tersedia dengan pendidikan yang dimiliki gen Z atau anak muda.
Seharusnya pemerintah lebih bijak dalam menyikapi persoalan anak muda yang sulit dapat pekerjaan agar tak menjadi pengangguran. Ketika tidak terselesaikan dengan segera, maka akan menjadi momok di masa mendatang dengan meningkatnya angka kriminalitas. Hingga rakyat cemas diiringi keputusasaan terhadap kelanjutan hidup karena tak ada jaminan kerja yang berarti tak ada uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi, karena untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sulit maka bisa jadi segala cara bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kenapa pemerintah masih tutup mata atas kehadiran solusi dari Allah dihadapan mereka.
Sistem kapitalisme demokrasi saat ini telah nyata bukanlah solusi. Justru sistem inilah yang akan mengantarkan negara pada kehancuran dunia, jauh dari ridho ilahi.
Pantaskan diri kita semua untuk mencapai kehidupan yang haqiqi tanpa permasalahan mendunia. Tentu tak mungkin bisa hidup tenang dalam sistem saat ini. Hanya ada satu cara, yaitu beralih pada sistem milik pemelihara alam semesta, sistem Islam. Dengan penjagaan seorang Kholifah dibawah institusi Negara Islam.
Islam menjalankan sistem ekonomi dan politik Islam, termasuk dalam pengaturan dan pengelolaan SDAE yang merupakan milik umum. Pengelolaan SDAE oleh negara meniscayakan tersedianya lapangan kerja yang memadai dan juga jaminan kesejahteraan untuk rakyat.
Negara akan memberikan fasilitas kepada rakyat secara percuma. Dimulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, kebutuhan pokok, hingga mencakup semua yang dibutuhkan rakyat. Pendidikan akan diberikan dari usia dini hingga usia senja.
Lapangan pekerjaan akan disediakan oleh negara. Termasuk dalam pengelolaan SDA, negara tak akan impor tenaga asing. Tapi, murni dari rakyat dan hasilnya diserahkan untuk kepentingan rakyat.
Kini, saatnya kita untuk berjuang mewujudkan Negara Islam (khilafah) sebagai solusi atas segala problematika umat saat ini. Nashrullahi wa fathun qariibun. Wallahua'lam biashshowab.[]
Oleh : Rosyidatuzzahidah
(Duta Mabda Islam)