Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Akibat Himpitan Ekonomi, Ibu Hilang Hati Nurani

Selasa, 27 Agustus 2024 | 20:38 WIB Last Updated 2024-08-27T21:29:42Z
TintaSiyasi.id -- Satreskrim Polrestabes Medan meringkus Empat perempuan yang terlibat jual beli bayi seharga 20 juta terjadi di kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Ajun komisaris Madya Yustadi mengatakan, bahwa terungkapnya kasus berawal dari informasi masyarakat tentang adanya transaksi bayi yang baru saja di lahirkan di sebuah rumah sakit di kecamatan Percutseituan pada 6 Agustus 2024. Petugas melakukan penyelidikan dan mendapati MT 55 tahun, warga Medan Perjuangan sedang menggendong bayi menumpangi becak bermotor.

Satreskrim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual dan beli bayi seharga Rp 20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. (tempo.co, 16 Agustus 2024)

Dalam himpitan ekonomi yang makin sulit dapat mengakibatkan hilangnya akal sehat serta matinya hati dan naluri keibuan. Sehingga seorang ibu tega untuk menjual darah dagingnya sendiri kepada orang asing yang tidak dikenal. Di tambah lagi jika Suporting sistem antara suami istri tidak terbentuk dan tidak berjalan maka akan terjadi hilang kendalinya hati nurani seorang ibu sehingga tega menjual anaknya sendiri dengan sadar. Ini merupakan sebab dari kemiskinan serta individualistis. 

PHK yang terjadi di mana-mana dan persaingan bisnis yang tidak teratur sehingga peran kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga menjadi sangat sulit dan berat. Sehingga beban hidup yang makin meningkat membuat kodrat seorang ibu menjadi lebih berat. Sebab beban yang berat membuat seorang ibu hilang sifat penyayangnya dengan seketika. Rendahnya taraf berfikir yang di akibatkan akan rendahnya pendidikan juga merupakan faktor pendorong kedangkalan berfikir dalam mencari solusi dari setiap masalah menjadikan kerusakan demi kerusakan terus terjadi.

Di tambah lagi akan abainya peran negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan cara penyediaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasanya bagi para kepala keluarga tidak pernah terwujud. Hal ini sangat erat kaitanya dengan sistem ekonomi yang sedang diterapkan saat ini di negeri ini. Hal ini tampak dari banyaknya kasus serupa yang banyak terjadi seperti PHK masal di berbagai perusahan serta sulitnya mendapat pekerjaan karena syarat yang di tetapkan terlalu rumit.

Di sisi lain sistem pendidikan saat ini juga tidak kalah memperhatinkan. Sistem ekonomi dan sistem pendidikan yang rusak ini hasil dari penerapan sistem hidup yang bersumber dari sistem kapitalisme. Sistem ini mengambil pemikiran manusia sebagai sumber aturannya dan mencampakkan hukum dari Allah SWT dalam pengaturan kehidupan sehingga menghasilkan sistem turunan yang gagal dalam segala aspek kehidupaan. Kondisi ini tercermin dari gagalnya sistem Pendidikan dalam membentuk kepribadian yang bertakwa bagi setiap anak didiknya. Semua ini sungguh berbeda dengan sistem Islam.

Di dalam sistem Islam, Islam menetapkan peran negara sebagai raa’in atau pelayan bagi rakyatnya sehingga kesejahteraan menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya. Islam memiliki sistem ekonomi yang mensejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk banyaknya lapangan pekerjaan. Karena seluruh sumber daya alam atau SDA di kelolah hanya oleh negara bukan swasta atau bahkan asing dan hasilnya akan di kembalikan untuk memenuhi dan menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam. Karena kurikulum Islam bersumber dari akidah Islam dengan pembentukan pola pikir dan pola sikap yang islami sehingga tercipta kepribadin Islam. Di tambah lagi media juga berperan mendukung terbentuknya keimanan setiap individu dengan tontonan yang islami dan berkarakter Islam.

Semua kondisi ini akan dapat terwujud dengan penerapan syariat Islam secara kafah. Sehingga akan mampu mewujudkan optimalnya fungsi dan peran keluarga. Karena setiap pemimpin akan di mintai pertanggung jawaban kepemimpinananya kelak di akhirat. Termasuk setiap kepala keluarga dan juga para istri dalam kepemimpinan rumah suaminya.

Wallahu a'lam bishshawab.[]


Oleh: Nurhalimah
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update