TintaSiyasi.id -- Konsumsi BBM perkapita penduduk Indonesia kian mengkhawatirkan. Mengapa? Karena sangat menyedot daya beli. Bayangkan, konsumsi BBM perkapita penduduk Indonesia telah mencapai 370 liter BBM per tahun. Nilai tersebut setara dengan sedikitnya 3,7-4 juta rupiah setahun perkapita. Jadi, jika rata rata rumah tangga beranggotakan 4 orang, maka setiap rumah tangga harus mengeluarkan uang sekitar 12 juta setahun hanya untuk membeli BBM.
Sementara, masyarakat Indonesia masih mengalami problem gizi yang rendah, bahkan buruk. Sehingga, pemerintah baru nanti memandang perlu menyelenggarakan makan bergizi gratis bagi pelajar TK-SMA untuk memperbaiki kualitas gizi pada anak anak generasi muda. Sangat miris jika kenyataan dihadapkan pada sebagian besar pendapatan orang tua mereka habis untuk membeli BBM. Sehingga, tidak banyak sisanya untuk membeli makanan bergizi.
Konsumsi BBM ini jika dibandingkan konsumsi makanan, yakni beras perkapita per tahun, konsumsi BBM sudah setara dengan 4 kali kosumsi beras perkapita per tahun. Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi beras perkapita indonesia adalah 83 kg setahun atau senilai 900 ribu -1 juta rupiah perkapita per tahun.
Sebagaimana dilaporkan bahwa Pertamina Patra Niaga berhasil menjual 100 miliar liter BBM pada tahun 2023. Penjualan yang meningkat signifikan di saat gencarnya pemerintah mengkampanyekan pembatasan komsumsi BBM dan LPG subsidi. Usaha ini adalah untuk mengatasi jebolnya subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung APBN yang nilainya sekarang berkisar antara 400-500 triliun tergantung perkembangan harga dan nilai tukar.
Pemerintah ke depan harus mewaspadai konsumsi BBM Indonesia yang kian mengerikan. Padahal pemerintah telah menetapkan target penurunan emisi dalam program transisi energi demi mencapai Net Zero Emission (NZE). Selain faktor polusi di Indonesia terutama di kota kota besar yang telah berada pada level membahayakan terkait PM2.5.
Usaha pembatasan konsumsi solar subsidi, pertalite dan LPG 3 kg menuai kegagalan,. Ada perbedaan kepentingan antara Pemerintah dan Pertamina terkait jebolnya subsidi BBM dan LPG 3 kg tersebut. Bagi pemerintah kuota BBM dan LPG 3 kg jebol adalah beban, sementara bagi Pertamina itu adalah revenue atau pendapatan yang menghasilkan keuntungan.
Oleh: Salamudding Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia