Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Spirit Berhijrah Harus secara Menyeluruh, Tidak Hanya Individu.

Kamis, 18 Juli 2024 | 11:27 WIB Last Updated 2024-07-18T04:27:36Z

Tintasiyasi.ID -- Terkait implementasi berhijrah, Aktivis Muslimah Muthi’ah Zahratul Jannah menyatakan bahwa spirit hijrah itu harus secara menyeluruh, totalitas, dan tidak hanya individu dalam acara Muslimah on Room Episode 8, Muslimah dan Visi Perubahan.

"Sepakat dengan apa yang disampaikan Ustazah Dedeh Wahidah bahwa spirit hijrah itu harus secara menyeluruh, totalitas, dan tidak hanya individu,” terangnya pada Sabtu, (3/07/2024).

“Tetapi kita tetap memberikan apresiasi kepada individu-individu yang terus ingin mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik,” imbuhnya lagi.

Menurutnya, perlu flashback pada bagaimana para pemuda terdahulu. Pemuda saat ini kalau mau membawa spirit harus melihat standar hijrahnya pemuda dahulu. "Apakah  menurut  syariat Rasul atau bagaimana. Kalau Rasul memperjuangkan hijrah dari Makkah ke Madinah, kita lihat ada peran pemudanya di sana. Bahkan kekuatan paling besarnya itu adalah para pemudanya,” ungkapnya

"Kalangan awal-awal orang masuk Islam dipenuhi oleh para pemuda. Kalau kita melihat duta Madinah pertama Mush’ab bin Umair itu adalah seorang pemuda. Ia juga mengalami pertentangan dengan ibunya, harus meninggalkan keluarganya, dan juga hartanya," ujar Muthi', sapaan akrabnya.

Lanjut dikatakan, juga ada Ali bin Abi Thalib yang tidak ada takut-takutnya menggantikan tidurnya Rasulullah untuk menghadapi kaum Quraisy yang mengejar Rasulullah.

"Kemudian ada Ammar bin Yasir dari keluarga Yasir. Pemuda yang harus kehilangan keluarganya, demi membantu Rasul dalam hijrahnya. Berarti 'kan memang ada peran pemuda di sana. Lalu kenapa pemuda terdahulu sama sekarang itu beda banget?” tanyanya. 

Menurut Muthi’, ada tiga aspek pemuda-pemuda itu kuat di masa Rasulullah SAW. "Pertama,mereka dibina oleh Rasul. Rasul melakukan pembinaan selama tiga tahun yang menanamkan akidah kepada mereka, bahwasanya Allah Tuhan semesta alam dan Allah Maha Pengatur. Dengan Keyakinan itu mereka akan melakukan ibadah dengan ikhlas," bebernya.

Kedua, tidak haya akidah, tetapi Rasul menanamkan pemahaman bahwasanya di dunia itu singkat. "Itu yang harus diperjuangkan dari pemikiran dan pemahaman, yang akhirnya para sahabat itu bangkit ingin berubah dari keterpurukan di Makkah saat itu," ungkapnya.

Ketiga, Rasulullah mengingatkan akan ruhiyahnya. "Rasulullah senantiasa mengingatkan bahwa Allah bersama kita, bersama Rasul. Akhirnya membuat mereka itu tidak ada takut-takutnya melawan kaum Quraisy. Mereka dikuatkan akidahnya bahwa janji Allah itu nyata dan akan ada kebaikan di dunia dan akhirat, ketika mereka ikut bersama Rasulullah untuk hijrah," ucapnya.

"Kalau kita melihat sekarang, anak muda sekarang harusnya demikian. Tetapi karena enggak ada pembinaan juga mungkin kalau mereka ada keinginan berhijrah atau mengaji, itu kan hanya dari kemajuan teknologi. Maksudnya banyak konten-konten islami yang tersebar di sosial media," ujarnya.

Tetapi itu tidak cukup, karena membutuhkan seorang guru. Apalagi sesuai dengan mood dan tidak mood-nya. Belum kemudian pilih-pilih juga, mungkin menurutnya terlalu ekstrem sehingga tidak jadi mengambil itu," paparnya.

“Nah, jadi seharusnya sekarang itu kita harus cepat merenung, biar spirit hijrah itu hadir lagi. Kita memang membutuhkan pembinaan juga dan tidak  cukup dengan menonton konten dakwah, video dakwah di sosial media. Harus bertemu guru dan harus dibina. Terus juga untuk penguatan pemahamannya kita juga butuh jemaah. Kita tidak bisa sendiri apalagi janji-janji. Orang kadang suka berubah, itu kan pasti. Ujiannya berat banget ya,” sedihnya

Kemudian Muthi’ mencontohkan orang baru pulang haji, biasanya dibilangnya harusnya menjadi lebih baik. "Tapi kalau dia sendirian terus diomong kayak begitu, kan enggak akan kuat. Mestinya  berkumpul bersama orang-orang yang menguatkan dia. Di mana pemikirannya itu sama, mempunyai visi-misi sama, juga ruhiyahnya sama, itu yang paling penting," sebutnya.

"Biar spirit hijrahnya itu tetap ada, kita tahu kalau kebangkitan perubahan itu juga tidak akan terjadi kecuali Allah mengizinkan. Jadi kita tidak merasa cukup dengan salat wajib saja dan ibadah-ibadah mahda saja. Tapi kita harus meningkatkan nafilah kita,” tambahnya.

Ia mencontohkan lagi dari pasukannya Muhammad al-Fatih. "Para pemuda yang dipastikan tidak bolong Tahajudnyan yang mencapai kemenangan yang Allah janjikan. Memang butuh Allah mem-back up kita," imbuhnya lagi.

“Maka kalau berkaca, kita punya cita-cita besar mengubah negara ini menjadi negara Islam, tetapi kita sendiri tidak serius dengan ibadah kita. Jadi memang penting untuk menghadirkan ruhiyah untuk ditingkatkan. Takarub ilallah kita ditingkatkan, biar spirit hijrah di kalangan pemuda itu tetap ada,” yakinnya.

Efektif Berhijrah

"Karena banyaknya komunitas hijrah atau komunitas keislaman yang menaungi orang-orang yang ingin menjadi lebih baik. Yang efektif untuk menghadirkan hijrah tadi adalah dari arti hijrah secara keseluruhan, berarti harus mencari dakwah ideologis," lugasnya

Sebab, kata Muthi’, dari ide-ide itu tidak hanya diterapkan untuk mereka, tetapi mereka juga ada kewajiban untuk berdakwah.

“Jadi menyampaikannya dengan berjemaah, karena sendiri itu sulit. Kalau kita sendiri lalu orang-orang itu tidak tahu kita itu mau ngapain kan, akan sulit juga kita akan maju dan tidak akan berdampak juga ya. Jadi memang harus mencari kelompok dakwah atau kelompok komunitas yang ketika mendapatkan ilmu itu diamalkan dan disebarluaskan,” katanya. 

“Sebab, itu sudah menjadi kewajiban seorang Muslim. Karena ketika dia mengetahui Islam itu kaffah, maka dia tidak bisa menyimpan untuk dirinya sendiri. Ketika kita sudah masuk nih pada suatu komunitas, apakah memang dia itu mendorong kita untuk di-keep saja apa enggak, kita lihatnya harus didakwahkannya, sehingga sampai pada mengubah apa yang tadinya buruk menjadi lebih baik berdasarkan syariat Islam. Jadi ideologis gitu,” tutupnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update