Tintasiyasi.ID -- Menyikapi peristiwa gegernya kunjungan lima pemuda Nahdhatul Ulama (NU) ke Israel, Pengamat Politik Internasional Hasbi Azwar mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak tegas terhadap penjajah Israel atas Palestina dan zionisme.
“Dari sisi
pemerintah sendiri tidak tegas terhadap penjajah Israel atas Palestina dan
zionisme,” ungkapnya dalam Fokus: Geger!! Kunjungan 5 hu Pemuda NU ke Israel,
Ahad (21/07/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Hasbi
menyebut, jika pemerintah Indonesia tegas terhadap penjajah Israel, mestinya
segala bentuk hubungan dengan Israel dan kelompok-kelompok yang pro terhadap
Israel harus dihentikan.
“Meskipun tertulis
di Peraturan Menteri Luar Negeri tentang panduan umum hubungan luar negeri oleh
pemerintah daerah, Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel dan
menentang penjajahan atas Palestina, namun secara implisit dapat dipahami bahwa
Indonesia tidak melarang orang-orang Israel datang ke Indonesia,” ungkapnya.
Hasbi
mengherankan sikap pemerintah Indonesia yang justru memberi panggung para
aktivis-aktivis pro Israel dengan mengundang mereka di acara-acara televisi.
Menurutnya, Israel sudah nyata jelas melanggar hukum dan peradilan
internasional.
“Tidak
seharusnya aktivis-aktivis Israel berbicara di depan publik Indonesia dan
melakukan propaganda. Media-media yang justru memberi panggung terhadap
aktivis-aktivis tersebut itu kan bagian dari propaganda Israel juga
sebenarnya,” jelasnya.
Hasbara
Hasbi
mengatakan bahwa diundangnya lima pemuda NU ke Israel tidak terlepas dari
politik luar negeri Israel. Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah Hasbara
yang tujuannya sebenarnya sama, yakni menciptakan opini positif Israel di
negara-negara lain dengan pendekatan yang lebih ke publik.
Hasbi
menyebut, pendekatan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
pendekatan media, LSM dan tokoh-tokoh, pertukaran pelajar diskusi, beasiswa dan
turis wisata serta lainnya. Termasuk mengundang lima pemuda intelektual
Indonesia ke Israel.
“Mereka
(Israel) mengundang para tokoh intelektual Indonesia ke negaranya, karena jika
mereka datang ke Indonesia akan susah. Jadi, mereka menggunakan pihak ketiga
yang bukan Israel langsung, tetapi melalui lembaga NGO LSM yang tersamar yang
sebenarnya berafiliasi dengan Israel. Jika kita tidak jeli, maka akan
terperangkap juga,” jelasnya.
Menurutnya,
yang disasar Israel bukan masyarakat umum, melainkan menyasar para tokoh dan
intelektual. Hal tersebut dikarenakan para tokoh dan aktivis punya kemampuan
bersuara di depan publik.
“Setelah
Israel mengundang para tokoh dan akademis untuk datang ke sana, mereka pulang
ke Indonesia menjadi suara, penyambung suara dari Israel di satu sisi. Yang
kedua yaitu akan menjadi pintu buat Israel untuk datang ke Indonesia untuk
berdiskusi dan membawa proyeksi kepentingan Israel dengan munculnya pendapat
objektif Israel dalam perspektif Israel,” tutupnya.[] Mustaqfiroh