TintaSiyasi.com -- Penulis dan Pengamat Politik Baitul Maqdis Pizaro Gozali Idrus mengatakan, operasi Hasbara sebenarnya sudah dilakukan sejak Zionis mengklaim negara "haram" tahun 1948, sejak itu pula target para pemimpin negara-negara besar termasuk Indonesia.
"Operasi Hasbara dalam tanda kutip sebenarnya udah dilakukan sejak Zionis diklaim negara haram dia 1948 sejak itu pula mentarget para pemimpin negara-negara besar termasuk Indonesia," ungkapnya dalam Kiprah dan Jejaring Zionis Pesek di Asia Tenggara, di kanal YouTube Institut Muslimah Negarawan, Jumat (19/7/2024).
Ia menjabarkan periode operasi Hasbara yang dilakukan oleh Zionis. Pertama, operasi Hasbara pertama yang dilakukan Zionis kepada Indonesia. Saat itu, Ben Gurion presiden penjajah mengirim surat kepada Indonesia Bung Karno dan Hatta yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengharapkan pembalasan agar Indonesia juga mengakui kedaulatan penjajah tetapi tidak digubris sama Bung Hatta. Bung Hatta hanya mengucapkan terimakasih tanpa ada pengakuan kedaulatan.
Kedua, operasi Hasbara kedua dilakukan melalui menteri luar negerinya penjajah yang mengirimkan telegram kepada Bung Hatta atas keinginannya penjajah untuk melakukan hubungan diplomasi terhadap Indonesia.
"Lagi-lagi Bung Hatta orang tinggal di Belanda dia kuliah hukum di Belanda dia sejak sebelum Indonesia merdeka pun sudah menulis Politik Yahudi di Palestina jadi isu Palestina bukan isu yang asing bagi dia, itu isu yang lama ditulis oleh Bung Hatta dan juga tokoh-tokoh bangsa kita, gagal lagi," ungkapnya.
Ketiga, operasi Hasbara ketiga kembali dilakukan dimana penjajah ingin sekali datang langsung ke Indonesia berdialog di Jakarta untuk menyampaikan ide dan gagasan agar minimal ada misi diplomatik yang diterima oleh Indonesia atas keinginan penjajah.
"Bayangkan itu dalam waktu 5 tahun setelah kemerdekaan Indonesia itu minimal ada 3 operasi Hasbara yang dilakukan oleh penjajah, tetapi karena Indonesia punya standing pol yang sangat kuat terhadap isu penjajahan itu tampaknya membuat penjajah itu mengendur," paparnya.
Ia menjelaskan, pada era-era tahun 1948 bandingkan dengan era sekarang, target operasi Hasbara mulai mengerut. Dulu sasarannya pemimpin negara, pemimpin parpol sekarang, mulai pada tahun 90an sampai 2000 itu sasarannya pemimpin.
"Layernya government turun ke non state actor walaupun NU ormas Islam terbesar di dunia dan itu kembali gagal melakukan untuk mewujudkan hubungan diplomatik dengan penjajah. Tetapi upaya itu terus dilakukan, level pemimpin negara gagal, tokoh agama gagal, sekarang udah anggotanya (ormas) saja," tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa Zionis ini mulai putus asa, dengan menurunnya level kualitas target dia (target operasi Hasbara) hanya pada level anggota (ormas) saja.
"Yang itu kemarin sama (5 tokoh) PBNU dipecat bahkan situs resmi rahim.co.id disinyalir sebagai bagian dari operasi Hasbara sudah ditutup, dunia ini berubah, target-target operasi Hasbara gagal," ungkapnya.
Kekalahan Zionis
Ia menjelaskan kembali, perlu dilihat intensitas tahun 2000, setelah perang 2008, 2009 dimana penjajah mendapatkan tekanan kuat, mereka merancang operasi di internet, di Twitter, di Facebook.
"Tetapi alhamdulillah banyak teman-teman di Indonesia yang fight nya sama penjajah di dunia media sosial kuat, akhirnya mulai mengendur," ungkapnya.
"Mereka (penjajah) sekarang mulai pakai gerakan satu persatu langsung didatangi, kalau kita lihat kemarin penjelasan dari PBNU mereka didekati satu per satu, kemudian di lobby akhirnya sepakat berangkat ke negara haram penjajah, apalagi dukungan internasional makin lama makin kuat terhadap Palestina, dulu tahun1980 yang mengakui Palestina hanya 70 negara, sekarang sudah 143, yang abstain dulu 50 sekarang 25, ini ada kepanikan dalam diri mereka," paparnya.
Dari sinilah ia menilai ada semangat dari kebangkitan umat Islam tentang kesadaran perjuangan Baitul Maqdis.[] Alfia Purwanti