Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Timur Tengah Menjadi Sponsor Kebudayaan Asing yang Jauh dari Syariat Islam

Rabu, 31 Juli 2024 | 21:12 WIB Last Updated 2024-08-01T01:45:36Z

TintaSiyasi.id -- Analisis Politik-Media di Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto mengungkapkan, negara-negara Timur Tengah menjadi negara sponsor kebudayaan Asing yang jauh dari syariat Islam.

“Kalau kita cermati, negara-negara di Timur Tengah kekinian makin terbuka (menjadi sponsor) dengan ide dan kebudayaan Asing yang jauh dari Islam dan seringkali tidak sesuai dengan syariat Islam,” ujarnya dalam  Khilafah News: “Ngeri! Merebaknya Ateisme, By Design?” di Youtube Khilafah News, Senin (29 Juli 2024).

Hanif menyampaikan, negara Timur Tengah ingin dipandang sebagaimana negara lain, dengan meninggalkan ajaran agama mereka yang dianggap tradisional. Mereka ingin keluar dari zona-zona yang menurut mereka agama menjadi batasan dan kungkungan.

“Sponsor-sponsor atau kemunculan budaya-budaya menyimpang, seperti kehidupan bebas, cara pandang dan berpikir yang dipengaruhi sekularisme, liberalisme, bahkan ateis cukup menarik dikalangan mereka,” lanjutnya.

 Budaya Barat 

“Interaksi dengan budaya Barat dan nilai-nilai sekuler melalui media, perjalanan dan interaksi Internasional, juga dapat memengaruhi pandangan seseorang terhadap agama dan spiritualitas,” jelas Hanif.

Ia menambahkan, tujuan negara penjajah menebarkan pemikirannya, yakni untuk mengalihkan perhatian negara kaum Muslimin kepada Islam.

“Negara kafir penjajah tidak menggunakan cara-cara fisik, tetapi menggunakan soft power berupa pemikiran, gaya hidup, kemudian juga terkait dengan  kegiatan-kegiatan yang tersembunyi di baliknya, atas nama kemanusiaan dan sebagainya,” tambahnya.

Hanif memaparkan, upaya sistemis dari negara-negara kafir penjajah untuk terus menghegemoni wilayah negeri kaum Muslimin harus diwaspadai. Bisa jadi negara-negara kafir penjajah juga menempatkan antek-anteknya atau bonekanya untuk menjaga aturan, agar aturan yang diterapkan bukan aturan Islam.

 Ateisme

Hanif mengungkapkan, menjadi catatan penting bahwa ateisme (tidak percaya Tuhan) di Timur Tengah masih menjadi isu yang sangat sensitif. Individu yang mengaku ateis akan menghadapi konsekuensi sosial dan hukum yang serius.

“Akibatnya, banyak di antara mereka yang menyembunyikan identitasnya, tidak berterus terang sebagaimana yang terjadi di negara-negara sekuler maupun negara liberal yang mempertontonkan keyakinannya di hadapan publik, meski sebelumnya dikatakan beragama,” sahutnya.

Ia melanjutkan, masyarakat yang menyembunyikan ateismenya bisa jadi adanya ketidakpuasan terhadap institusi keagamaan. Mereka mengalami kekecewaan, pada praktik keagamaan atau tindakan lembaga keagamaan yang mereka anggap tidak sesuai dengan prinsip moral atau etika mereka. Ketidakpuasan ini membuat mereka menjauh dari agamanya. 

“Kemunculan ateis secara kompleks dipengaruhi faktor politik, sosial, budaya, bahkan seiring berkembangnya teknologi dengan banjirnya informasi,” tegasnya.

“Pengaruh budaya dan kontak internasional, adanya interaksi dengan budaya Barat dan nilai-nilai sekuler melalui media, perjalanan dan interaksi internasional, juga dapat memengaruhi pandangan seseorang tentang agama dan spiritualitas,” sambungnya.

Alhasil menurutnya, masyarakat Muslim lambat laun, pelan-pelan tergerus keislamannya, dan mereka seperti mendapatkan sesuatu yang baru.  

"Akhirnya mereka mengadopsi dan menjadikan gaya hidup baru, bukan menjadikan Islam sebagai agama dan tuntunan kehidupan," tuntasnya []Yesi

Opini

×
Berita Terbaru Update