“Ada tiga
motif gagasan dialog antaragama. Pertama, melemahkan ajaran Islam. Mereka berusaha untuk membentuk kepribadian Muslim dengan format kepribadian yang baru,
yakni pribadi yang tidak akan merasa bersalah ketika meninggalkan kewajiban dan
mengerjakan keharaman," ungkapnya, Rabu (17/07/2024).
"Mereka juga berusaha merusak perasaan Islami pada
seorang Muslim dan membunuh semangat (girah) Islam yang ada dalam jiwanya,
sehingga Muslim tersebut tidak mampu lagi membenci kekufuran, serta tidak mau
memerintahkan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Karena kebencian pada
kekufuran dan kemungkaran dianggap bertentangan dengan prinsip dialog antaragama,"
sambungnya.
Ajengan Yuana, sapaan akrabnya, membeberkan beberapa
rekomendasi dalam dialog antaragama, yaitu: (1) mencari istilah lain dan makna
baru untuk kata "kufur", "syirik”, “iman”, “Islam”, dll.
sedemikian rupa, sehingga kata-kata itu tidak menjadi faktor pemecah-belah di
antara penganut agama. (2) mencari titik-temu dari ketiga agama (Islam, Kristen, dan Yahudi), yang meliputi aspek
akidah, akhlak, dan budaya," terangnya.
“(3) membuat piagam bersama hak-hak asasi
manusia, untuk memantapkan perdamaian, melakukan rekonstruksi sejarah, dan kurikulum pendidikan agar jauh
dari hal-hal yang dapat membangkitkan kebencian. (5) melakukan pembahasan tema-tema
tertentu seperti “keadilan”, “hak asasi manusia”, “demokrasi”, “pluralisme”,
“kebebasan”, “perdamaian dunia”, “keterbukaan peradaban”, “masyarakat madani”
(civil society), dll,” terangnya lebih lanjut.
"Jika berbagai pernyataan di atas dikaitkan dengan
berbagai aksi permusuhan yang dilakukan oleh Barat untuk melawan Islam dan
umatnya -seperti isu perang melawan terorisme-, niscaya kita akan dapat
memahami bahwa sasaran sebenarnya dari dialog antaragama yang digagas oleh
Barat adalah kaum Muslim," jelasnya.
Kedua, melestarikan penjajahan. “Sesungguhnya target lain yang hendak
diwujudkan oleh negara Barat dari dialog antaragama dan antarperadaban itu
adalah melestarikan penjajahan dan menghalang kembalinya Islam ke dalam
realitas kehidupan sebagai suatu sistem kehidupan yang menyeluruh,"
paparnya.
Menurutnya, Islam dianggap akan mengancam kelestarian
ideologi dan peradaban mereka serta akan dapat memusnahkan segala kepentingan
dan dominasi mereka. “Target ini diupayakan dengan mengguncang kepercayaan kaum Muslim
terhadap tsaqafah islamiah beserta sumber-sumber dan asas-asasnya,”
tegasnya.
"Tujuannya adalah untuk mengeluarkan Islam dari medan
pertarungan peradaban dengan mengosongkan Islam dari ciri khas terpenting yang
membedakannya dari agama-agama lainnya," tandasnya.[] Lanhy Hafa