TintaSiyasi.id -- I. Pengantar
Memalukan! Serangan brutal zionis Israel terhadap Palestina masih berlangsung, namun ada sekelompok Muslim yang justru merapat kepada sang penjajah. Pekan lalu, lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) melakukan lawatan ke Israel. Foto mereka bersama Presiden Israel, Isaac Herzog, viral di media sosial. Sungguh tega!
Kelimanya adalah Zainul Maarif (dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jakarta), Munawir Aziz (Sekretaris Umum Persatuan Pencak Silat, Sekum Pagar Nusa), Nurul Barul Ulum dan Izza Anafisa (anggota dari Pimpinan Pusat Fatayat NU), serta Syukron Makmun (Ketua Pengurus Wilayah NU Banten). Meresponsnya, PBNU melalui Sekretaris Jenderal PBNU, H. Saifullah Yusuf bersikap tegas, memberikan mereka pilihan untuk mengundurkan diri atau diundurkan dari kepengurusan NU (detik.com, 18/7/2024).
Zainul Maarif berdalih, lawatan mereka membawa misi perdamaian dan menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia. Meski demikian, layakkah? Lebih tepatnya, mampukah mereka menjadi agen perdamaian? Nyatanya, sepulangnya mereka dari markas penjahat, zionis laknatullah itu membantai saudara kita di kamp Al Mawasi, Khan Younis.
Bukannya meringankan beban rakyat Palestina, aksi sok manis mereka justru menambah kabar buruk, betapa ringannya saudara Muslim kita sendiri berkhianat pada perjuangan membela Al Aqsha dan pembebasan Palestina dari cengkeraman Israel. Inilah pengkhianatan tertinggi; bermesra pada musuh dan bersanding dengan mereka.
Tokoh Islam Merapat ke Zionis Israel: Terserang Wahn
Interaksi manis antara "oknum" tokoh agama Indonesia dengan zionis Israel bukan hanya terjadi baru-baru ini. Terkabar dari ajc.org (1/3/2024), Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, baru saja menyelesaikan program beasiswa intensif selama enam pekan dengan American Jewish Committee (AJC) dan Jewish Theological Seminary (JTS). AJC merupakan organisasi yang berkomitmen untuk memajukan kerjasama antara Muslim dan Yahudi di seluruh dunia.
Pada tahun 2022 dan 2023, Prof. Nasaruddin menyambut delegasi AJC, organisasi pendukung zionis Israel ini di Masjid Istiqlal dan menampilkan para pakar AJC pada program panel tentang Pendidikan Lintas Agama serta Antisemitisme dan Islamofobia di Dunia Saat Ini.
Terakhir, seminar yang menghadirkan Director of Muslim-Jewish Relation American Jewish Committee (AJC) Ari Gordon dan akan digelar di Perpustakaan Masjid Istiqlal pada Rabu (17/7/2024) dibatalkan (cnnindonesia.com, 17/7/2024). Penulis menduga, pembatalan ini sebagai efek dari banyaknya kritikan terhadap kunjungan lima tokoh muda NU ke Israel. Bagaimana pun, acara ini akan menambah luka hati umat, karena memberikan panggung bagi "badut" Israel untuk menyuarakan dukungannya.
Munculnya tokoh agama Indonesia yang merapat pada penguasa Israel serta dekat dengan organisasi penyokong zionis sangat memprihatikan. Menjadi sebuah paradoks tersendiri. Dengan pemahaman agama yang lebih baik dari masyarakat, para tokoh tersebut seharusnya mampu berpihak pada kebenaran. Namun realitasnya, justru berkhianat dengan berbagai alasan. Berikut penyebab banyak tokoh berpengaruh Islam Indonesia nekad menjalin kerjasama dengan zionis Israel di tengah penentangan umat Islam atas agresi Israel terhadap Palestina.
Pertama, terjebak pada ilusi pengetahuan. Mereka mengira kunjungan atau hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan pendukung zionis Israel sebagai cara terbaik menyampaikan pesan perdamaian. Padahal zionis terus menutup telinga dan masih melakukan kejahatan perang di Palestina. Apalagi lima tokoh muda ini tidak memiliki bargaining power. Sementara seruan Sekjen PBB, seruan damai dari Vatikan, dan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri saja dianggap bak angin lalu.
Kedua, termakan oleh arus propaganda zionis Israel dan pendukungnya. Alih-alih sebagai upaya perdamaian, keterlibatan mereka justru menguatkan propaganda zionis. Mereka kurang memahami kondisi lapangan dan geopolitik yang sedang terjadi di Palestina dan Israel. Akibatnya kunjungan tersebut mengesankan sebagai bagian dari propaganda dan pembentukan opini umum bahwa zionis Israel sangat terbuka dengan gagasan perdamaian. Padahal?
Ketiga, simbiosis mutualisme antarmereka. Adanya keuntungan yang diraih baik bagi tokoh agama tersebut maupun agen (organisasi) penyokong zionis Israel. Kunjungan atau kehadiran tokoh agama Indonesia dalam forum yang digagas anteknya, akan menguatkan posisi zionis. Sementara bagi sang tokoh bisa jadi mendapat keuntungan materiil seperti dana, jabatan, atau posisi duniawi lainnya.
Keempat, terserang penyakit wahn yaitu hubbud dunya wa karahiyatul maut (cinta dunia dan takut mati). Inilah penyakit yang banyak menimpa umat Islam di era akhir zaman. Tak malu bahkan bangga berpose bersama penjahat perang yang telah menjagal puluhan ribu nyawa saudaranya sesama Muslim.
Kelima, ketidaktegasan regulasi negara. Berulangnya kasus sejenis karena tidak adanya ketegasan regulasi yang melarang segala bentuk dukungan baik secara langsung atau tak langsung terhadap zionis Israel, negosiasi maupun perundingan. Apalagi bila ditujukan sekadar gencatan senjata, bukan mengusir penjajah hingga mencabut akar penjajahannya.
Demikian beberapa penyebab tokoh agama Islam nekad menjalin hubungan atau kerjasama dengan zionis Israel laknatullah. Sungguh, pengkhianatan nyata telah dipertontonkan. Memalukan sekaligus memilukan. Tidakkah mereka menyadari, berapa pun keuntungan yang diperoleh dari pengkhianatan, pada dasarnya ia akan dicatat oleh sejarah sebagai manusia dengan kehinaan. Terhina di hadapan kawan, murah dan tak berharga di depan lawan.
Dampak Kunjungan Kerjasama dengan Zionis Israel terhadap Perasaan Umat Islam
Lima tokoh muda NU bisa melawat ke zionis Israel hingga berjumpa dan berfoto bersama Presiden Israel, bermula dari ajakan NGO Advokat Israel yang bertugas membangun citra baik negara zionis Yahudi. Kelimanya lalu diundang dalam rangka acara dialog. Tujuan mengajak kader NU tersebut ialah harapan agar mereka turut menyebarkan "kebaikan" zionis Israel.
Oleh karena itu, kunjungan lima tokoh muda NU ke zionis Israel atau jenis hubungan lainnya tentu berdampak buruk terhadap perasaan umat Islam. Baik yang ada di Palestina maupun umat Muslim secara umum. Terlebih bagian dari umat yang menentang genosida Israel di Tanah Para Nabi tersebut. Berikut beberapa dampaknya.
Pertama, melukai perasaan umat Islam secara umum. Baik perasaan sesama warga NU yang berkomitmen mendukung perjuangan Palestina serta umat Islam di Indonesia dan dunia. Muslim yang menjalin hubungan dengan zionis Israel dan agen-agennya tidak memiliki sensitivitas serta tidak menghargai cita-cita umat Islam membebaskan Palestina.
Kedua, sangat menyakiti hati saudara Muslim di Palestina. Bila diam saja terhadap tragedi Palestina adalah pengkhianatan, dan abai pada apa yang terjadi adalah kejahatan, maka kunjungan Muslim ke penguasa zionis Israel meski berdalih demi perdamaian, tentu sangat menyakitkan bagi warga Palestina. Mereka dibantai, puluhan ribu nyawa hilang, rumah dihancurkan, fasilitas umum sulit didapatkan, kekurangan bahan makanan. Semua itu akibat kekejian agresi Israel. Sementara saudara Muslim mereka bermesra, berfoto bersama dengan tersenyum bersama sang pembunuh. Sungguh tak berperasaan!
Ketiga, menjadi batu pengganjal arus kebangkitan Islam. Bila kaum kuffar Barat menghalangi proses kebangkitan umat Islam, itu hal biasa. Tapi bagaimana dengan Muslim yang mengganjal laju kebangkitan Islam? Tentu lebih menyakitkan. Bak menggunting dalam lipatan. Musuh disayang, saudara sendiri ditendang.
Demikianlah beberapa dampak buruk kunjungan lima tokoh muda NU tersebut terhadap perasaan umat Islam. Alih-alih membantu perjuangan rakyat Palestina, justru membuat mereka kian merana. Bila sikap mereka setega itu pada sesama Muslim, mestinya tak layak lagi sebagai pengurus organisasi keislaman. Tak pantas menjadi tokoh panutan umat.
Strategi Mengusir Zionis dari Palestina Tanpa Kerjasama yang Melukai Perasaan Umat Islam
Perlu dipahami bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan zionis Israel. Bukan sekadar konflik atau perebutan wilayah. Dan berharap kepada PBB untuk penyelesaian Palestina bak pungguk merindu bulan.
Nyatanya, lebih dari 30 resolusi Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dikeluarkan namun tidak mampu menjegal zionis Israel. Ini menunjukkan inferiornya lembaga internasional di hadapan negara kecil laknatullah itu. Mengapa? Karena zionis Israel didukung negara adidaya AS dan Eropa, baik secara politik, ideologi, taktis persenjataan, dan ekonomi. Merekalah penggagas berdirinya PBB yang dulu melegalisasi keberadaan negara zionis.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan problem Palestina, umat butuh persatuan dan independensi politik hingga mampu mengirim militer. Perang dilawan dengan perang. Bukan dengan perjanjian perdamaian apalagi berfoto bersama musuh dengan senyuman.
Solusi hakiki mengenyahkan penjajahan zionis Israel dari bumi Palestina adalah jihad fi sabilillah. Kaum Muslimin khususnya prajurit Muslim, sambutlah panggilan jihad dari Bumi Palestina!
Meski begitu, melibatkan pasukan kaum Muslim untuk membantu mujahidin Palestina tidak mudah begitu saja. Akibat sekat negara bangsa buatan penjajah Barat (nasionalisme). Maka umat butuh seorang khalifah, pemimpin kaum Muslimin sedunia. "Imam (khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum Muslim berperang dan berlindung" (HR. Bukhari Muslim).
Khalifah akan menyerukan sekaligus memimpin pasukan kaum Muslim membebaskan tanah Palestina. Pun di mana pun mereka ditindas. Oleh karena itu, penting bagi umat bersungguh-sungguh memperjuangkan kembalinya khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
Merujuk pada solusi hakiki yaitu jihad dan khilafah, maka strategi umat untuk mengusir zionis dari Palestina tanpa mengorbankan diri dalam kerjasama yang melukai perasaan umat Islam lainnya adalah;
Pertama, dakwah demi menyadarkan umat Muslim. Salah satunya penyadaran bahwa menjauhkan Islam dari kehidupan telah menyebabkan umat terpuruk di segala lini kehidupan.
Kedua, mengerahkan daya upaya serta menyuarakan kebenaran bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan zionis dan umat menderita akibat tiadanya khilafah.
Ketiga, menyeru kepada penguasa Muslim untuk loyal pada Islam dan kaum Muslim, bukan berharap pada solusi semu PBB atau perjanjian internasional yang menghalangi menolong saudara seiman. Jadilah penolong agama Allah SWT.
Keempat, berkontribusi maksimal dalam menolong tegaknya agama Allah. Berikan pengorbanan terbaik; ilmu, pikiran, tenaga, harta, jejaring, dan massa. Ambil peran dakwah mulai hari ini. Dakwah lisan atau tulisan. Dunia nyata atau dunia maya. Share opini, posting tulisan, aksi damai, boikot produk pendukung Israel, membuat forum dialog, dan lain-lain.
Demikian beberapa langkah yang bisa kita lakukan. Mari bersatu, bergerak, bebaskan Palestina dari cengkeraman zionis Yahudi laknatullah! Allahu Akbar! []
Oleh: Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. dan Puspita Satyawati