Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lapangkanlah, Kau akan Dilapangkan

Jumat, 19 Juli 2024 | 05:37 WIB Last Updated 2024-07-18T22:37:24Z

TintaSiyasi.id -- Kalimat tersebut adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan konsep bahwa ketika kita memberikan kemudahan atau melapangkan jalan bagi orang lain, maka Allah SWT akan memberikan kemudahan dan kelapangan bagi kita. Ini adalah prinsip timbal balik dalam Islam yang banyak diajarkan dalam ajaran agama dan hadis.

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa melapangkan satu kesulitan dari seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat."

Pesan dari kalimat ini adalah mengajak kita untuk selalu berbuat baik dan menolong sesama, karena kebaikan tersebut akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Ini mengajarkan nilai-nilai empati, kedermawanan, dan saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap Orang yang memberikan kelapangan bagi orang yang mengalami kesulitan, Allah akan memberinya kelapangan.

Pesan utama dari ajaran ini adalah bahwa dengan membantu orang lain, kita juga membantu diri kita sendiri, baik di dunia ini maupun di akhirat. Ketika kita memberikan kelapangan bagi orang lain, Allah SWT akan membalasnya dengan memberikan kelapangan bagi kita, yang mungkin datang dalam berbagai bentuk, seperti rezeki yang lancar, kesehatan yang baik, atau ketenangan hati.

Oleh karena itu, dianjurkan bagi setiap Muslim untuk senantiasa berusaha membantu sesama, menolong yang sedang kesulitan, dan memberikan kemudahan bagi orang lain. Ini tidak hanya meningkatkan solidaritas dan persaudaraan di antara umat manusia, tetapi juga menjadi jalan untuk meraih berkah dan rahmat Allah SWT.

Setiap orang yang mengobati luka hati orang lain, Allah akan mengobati lukanya.

Ungkapan ini mencerminkan salah satu prinsip dalam Islam tentang pentingnya empati dan membantu sesama. Dalam ajaran Islam, tindakan baik seperti mengobati luka hati orang lain tidak hanya mendatangkan kebaikan bagi yang dibantu, tetapi juga bagi yang membantu. Allah SWT menjanjikan balasan yang setimpal bagi setiap kebaikan yang dilakukan.

Ini sesuai dengan prinsip dalam ajaran Islam yang dikenal sebagai "timbal balik kebaikan." Dalam Al-Qur'an dan hadis, banyak sekali nasihat yang mengajarkan untuk saling membantu, berbuat baik, dan menolong sesama, di antaranya:

1. Hadis tentang menolong sesama:
"Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya." (HR. Muslim)

2. Hadis tentang menghapus kesusahan:
"Barang siapa melapangkan satu kesulitan dari seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat." (HR. Muslim)

3. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:286):
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ  

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al-Baqarah (2): 286)

Pesan utama dari ungkapan ini adalah dorongan untuk selalu bersikap baik dan berempati terhadap orang lain. Mengobati luka hati orang lain, baik dengan kata-kata yang menenangkan, memberikan dukungan, atau tindakan nyata lainnya, adalah bentuk ibadah yang mendatangkan pahala. Allah SWT berjanji akan membalas kebaikan tersebut dengan memberikan kelapangan dan mengobati luka hati kita sendiri, menunjukkan keadilan dan kasih sayang-Nya.

Dengan demikian, tindakan membantu dan meredakan kesedihan orang lain tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang dibantu, tetapi juga akan membawa kebaikan dan ketenangan bagi diri kita sendiri.

Tidak ada yang lebih murah hati atau lebih setia daripada Allah SWT.

Ungkapan ini menggarisbawahi sifat-sifat Allah SWT yang penuh kasih sayang, kemurahan hati, dan kesetiaan. Dalam Islam, Allah SWT dikenal dengan banyak nama dan sifat yang menggambarkan kebesaran dan kebaikan-Nya. Dua di antaranya adalah Al-Karim (Yang Maha Pemurah) dan Al-Wadud (Yang Maha Pengasih).

1. Al-Karim (Yang Maha Pemurah): Allah SWT memberikan rezeki, nikmat, dan karunia-Nya kepada semua makhluk tanpa pamrih. Kemurahan hati-Nya tidak terbatas, dan Dia memberikan lebih banyak dari apa yang kita minta atau pantas terima.

Dalam Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:261), Allah SWT berfirman: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."

2. Al-Wadud (Yang Maha Pengasih): Allah SWT adalah Zat yang penuh kasih sayang kepada hamba-Nya. Kasih sayang-Nya tidak hanya terbatas pada dunia ini tetapi juga di akhirat. Dia selalu menyayangi dan mengasihi hamba-Nya, memberikan ampunan dan rahmat bagi mereka yang bertaubat dan beriman.

Dalam Al-Qur'an, Surah Hud (11:90), Allah SWT berfirman: "Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih."

3. Kesetiaan Allah SWT: Allah SWT adalah Zat yang paling setia dalam memenuhi janji-Nya. Setiap janji yang diberikan-Nya pasti akan dipenuhi. Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya, berbeda dengan manusia yang mungkin ingkar atau berubah.

Dalam Al-Qur'an, Surah Ar-Rum (30:6), Allah SWT berfirman:
وَعۡدَ ٱللَّهِۖ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ وَعۡدَهُۥ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ  
"Janji Allah, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui(nya)."

Itulah janji Allah kepada kaum mukmin. Janji Allah pasti benar sebab Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia, khususnya orang kafir, tidak mengetahui dan memahami bahwa ketentuan dan perbuatan Allah kepada hamba-Nya didasarkan pada keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang hakikat keagamaan. Mereka hanya mengetahui yang lahir atau tampak dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap kehidupan akhirat mereka benar-benar lalai.

Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang lebih pemurah dan setia dibandingkan Allah SWT. Keyakinan ini memberikan ketenangan dan kepastian bagi umat Islam bahwa setiap usaha dan doa mereka selalu didengar dan diperhatikan oleh Allah SWT. Hal ini juga mengajak kita untuk meneladani sifat-sifat Allah dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadi pribadi yang pemurah dan setia.

Perilaku yang baik melindungi pelakunya dari keburukan.

Ungkapan "Perilaku yang baik melindungi pelakunya dari keburukan" mencerminkan prinsip dalam Islam dan banyak tradisi lainnya bahwa perbuatan baik membawa kebaikan dan perlindungan dari kejahatan atau malapetaka. Berikut adalah beberapa alasan dan dasar dalam Islam yang mendukung ungkapan tersebut:

1. Kebaikan Membawa Balasan yang Baik: Dalam Islam, setiap perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik. Allah SWT menjanjikan bahwa mereka yang berbuat baik akan mendapatkan balasan kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam Al-Qur'an, Surah Al-Zalzalah (99:7-8): "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

2. Hadis Tentang Perbuatan Baik: Rasulullah SAW banyak mengajarkan bahwa perbuatan baik melindungi seseorang dari bahaya dan keburukan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah olehmu sekalian perbuatan dosa, baik yang besar maupun yang kecil. Karena sesungguhnya perbuatan dosa itu akan mendapatkan balasan. Berbuatlah kebaikan walau sekecil apapun, karena sesungguhnya kebaikan itu akan mendapatkan balasan." (HR. Ahmad)

3. Kebaikan Menjauhkan dari Kesulitan: Perbuatan baik tidak hanya mendapatkan balasan dari Allah SWT, tetapi juga menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan membawa kedamaian dalam kehidupan seseorang. Orang yang berbuat baik cenderung dihormati, dicintai, dan dilindungi oleh masyarakatnya.

Dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ma'idah (5:32):
"Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya."

4. Kebaikan sebagai Benteng dari Kejahatan: Sifat-sifat baik seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang menciptakan benteng moral yang kuat bagi seseorang. Orang yang berperilaku baik cenderung menghindari tindakan buruk dan dosa, yang pada akhirnya melindungi mereka dari konsekuensi negatif.

Dalam Al-Qur'an, Surah An-Nahl (16:97):
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Dengan demikian, perilaku yang baik tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga melindungi pelakunya dari keburukan dan membawa kebaikan dalam kehidupan mereka. Ajaran ini mendorong umat Islam untuk selalu berbuat baik dan menjaga moralitas dalam setiap aspek kehidupan.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo 

Opini

×
Berita Terbaru Update