Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kelaparan di Tengah Sampah Makanan

Rabu, 17 Juli 2024 | 21:39 WIB Last Updated 2024-07-17T14:39:44Z
Tintasiyasi.id.com -- Ironis. Di tengah kelaparan yang melanda 16,2 juta orang di negeri ini (Food and Agriculture Organization - FAO, 2022), ternyata di saat yang sama ada sekitar 20,93 juta ton makanan yang terbuang sia-sia dan menjadi sampah makanan setiap tahunnya (United Nations Environment Programme – UNEP, 2021). Sebuah fenomena yang cukup menyesakkan dada. Apalagi persoalan sampah makanan ini sudah terjadi sejak lama.  

Mengutip kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama kurun waktu dua dekade dari tahun 2000 - 2019, Indonesia telah membuang sampah makanan mencapai 23-48 juta per tahun, setara dengan 115 - 184 kilogram (kg) per kapita dalam satu tahun.

Dan tak hanya bermasalah bagi lingkungan, dari sisi ekonomi makanan yang terbuang ini memberikan kerugian sekitar Rp 231 - 551 triliun per tahun. Sebuah nilai fantastis yang seharusnya bisa digunakan untuk memberi makan jutaan rakyat yang kelaparan (CNBCIndonesia.com 23/1/2024).

Memang benar bahwa pemerintah juga telah melakukan banyak hal untuk menyelesaikan masalah sampah makanan ini, salah satunya adalah dengan meluncurkan peta jalan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2024-2045 serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045. 

Tentu kita apresiasi upaya-upaya yang telah pemerintah lakukan, namun bila kita cermati, langkah-langkah tersebut ternyata lebih banyak fokus ke masalah di hilir, seperti gerakan daur ulang atau pemanfaatan produk pangan yang masih layak untuk dikonsumsi. 

Padahal persoalan sampah makanan justru lebih banyak disebabkan oleh persoalan di hulu yakni tidak adanya kontrol yang ketat pada perusahaan produsen pangan yang melakukan produksi besar-besaran demi tercapainya target profit yang besar, padahal di lapangan tidak semua produk yang diproduksi itu mampu terserap oleh pasar. Alhasil banyak produk kadaluarsa yang akhirnya dimusnahkan atau dibuang. 

Sudah saatnya kita berbenah diri dan mencari solusi hakiki supaya persoalan sampah makanan ini dapat terurai dan tak ada lagi rakyat yang kelaparan di tengah sampah makanan seperti saat ini. Dan solusi hakiki itu hanya ada pada sistem Islam kaffah bukan kapitalisme seperti yang saat ini sedang diterapkan di negeri ini. 

Sistem Islam kaffah yang seluruh aturannya bersumber dari Sang Pencipta meniscayakan keteraturan dan keadilan dalam pengelolaan komoditi pangan. Keseimbangan antara produksi dan distribusi menjadi perhatian utama ketika penguasa akan melahirkan kebijakan.

Negara akan membuat kebijakan yang mampu menyeimbangkan antara produksi dan distribusi sehingga mampu meminimalisir produksi berlebih dan distribusi yang terhambat. 

Di sisi lain, negara juga akan melakukan  tata kelola yang komprehensif mulai dari kebijakan pendidikan, ekonomi, dan hukum yang saling mendukung. Dalam sistem pendidikan, negara akan menerapkan kurikulum yang mampu melahirkan generasi yang zuhud dan berkepribadian Islam sehingga mampu menghargai makanan, tidak boros dalam memanfaatkan makanan dan tidak bermudah-mudahan dalam membuang makanan. 

Dalam aspek ekonomi, negara akan membuat kebijakan yang ketat untuk mengatur produksi dan distribusi supaya keduanya dapat berjalan secara seimbang. Kepada perusahaan produsen pangan negara akan membuat kebijakan supaya mereka tidak hanya fokus pada produksi besar-besaran demi mengejar  target profit yang tinggi, namun abai pada daya serap di pasaran.

Selain itu, negara juga akan melakukan langkah yang cepat dan tepat untuk mengantisipasi produk-produk yang mendekati masa kadaluwarsa, supaya bisa terdistribusikan ke rakyat yang membutuhkan sehingga akan meminimalisir pemusnahan produk yang kadaluwarsa. 

Terakhir, negara akan menetapkan aturan yang ketat dan memberikan sanksi yang tepat dan menjerakan pada para pelaku industri yang masih bebal dan melakukan produksi secara ugal-ugalan tanpa perhitungan yang cermat pada kemampuan daya serat pasar. Dengan demikian, makanan hasil produksi akan terserap sempurna dan tak akan terbuang sia-sia. 

Demikianlah Islam memberikan solusi untuk masalah pengelolaan makanan sehingga tak lagi jadi ironi di tengah banyaknya rakyat yang kelaparan namun sampah makanan justru menumpuk dan tak termanfaatkan. 

Tidakkah rindu pada sistem yang demikian?

Oleh: Nuril Izzati
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update