Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Karpet Merah Investasi Asing, Solusikah?

Jumat, 12 Juli 2024 | 06:02 WIB Last Updated 2024-07-11T23:02:33Z
Tintasiyasi.id.com -- Beberapa tahun terakhir perusahaan tekstil di Indonesia berguguran. PHK melanda berpuluh ribu karyawan. Di tengah susahnya mencari kerja, mahalnya biaya hidup, biaya pendidikan dan kesehatan, mereka yang ter-PHK harus hidup tanpa pemasukan dan merasakan ketidakpastian. 

Dilansir dari CNBCIndonesia, 
sebanyak 36 perusahaan tekstil menengah besar gulung tikar, 31 pabrik diantaranya melakukan PHK karena efisiensi. 

Tidak adanya penghasilan baru membuat para karyawan yang terPHK banyak terjerat utang untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya pendidikan anak-anak mereka (30/6/2024).

Salah satu hal yang dituding menjadi biang kerok tumbangnya perusahaan tekstil Indonesia adalah banjirnya produk impor yang berasal dari Cina. Namun, bukannya menjaga agar perusahaan tekstil dalam negeri bertahan, justru penguasa menyambut baik tawaran investasi dari negeri panda tersebut. 

Akibat badai PHK ini melanda, segenap serikat buruh tekstil merencanakan akan melakukan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemerintah untuk menyelamatkan industri padat karya tersebut. (Bisnis.com, 27/6/2024)

Karpet Merah Investasi Pabrik Tekstil Mematikan Usaha Dalam Negeri

Ditengah badai PHK dan gulung tikarnya sejumlah perusahaan tekstil, penguasa justru tertarik dengan tawaran investasi yang dapat menyerap tenaga kerja hingga 108.000 orang dari negara asal China.

Tak hanya itu, tawaran investasi juga berasal dari negeri Singapura, yang saat ini sedang melakukan proses perizinan untuk investasi dalam negeri, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 40.000 orang (Bisnis.com, 27/6/2024).

Dalam sistem kapitalisme, investasi asing dianggap sebagai solusi pengangguran. Padahal fakta selama ini, bahwa bangkrutnya industri tekstil adalah karena rendahnya daya beli yang disebabkan besarnya impor baju jadi dari luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah. 

Tentu, ditengah krisis yang dialami masyarakat saat ini, maraknya penjualan baju jadi dengan harga lebih murah, menjadi alternatif bagi masyarakat untuk memangkas biaya hidup mereka. Apalagi setelah diterbitkannya Permendag No.8 tahun 2024, yang memberikan kelonggaran impor barang termasuk pakaian jadi. Walhasil, perusahaan tekstil dalam negeri akan semakin hancur dan akhirnya tutup.

Banjirnya produk impor di pasaran dengan harga yang lebih terjangkau telah menghantam habis sebagian perusahaan tekstil dalam negeri, apalagi jika perusahaan asing tersebut telah di bangun dalam negeri, tentu akan lebih memudahkan mereka dalam menjual produk mereka.


Investasi Asing Bukanlah Solusi

Investasi asing nyatanya tidak menjadi solusi atas carut marut tumbangnya industri tekstil dalam negeri dan pengangguran. Sebab, upah buruh yang diberikan rendah, dan berbagai kebijakan tenaga kerja sesuai dengan UU Cipta kerja. 

Belum lagi fakta yang selama ini terlihat bahwa inverstor Cina selalu membawa tenaga kerja mereka sendiri. Maka tentu hal ini tidaklah dapat menyolusi ketenaga kerjaan dalam negeri.

Investasi asing sejatinya merupakan alat menguasai ekonomi negara lain.  Hal ini sebagaimana yang dikhawatirkan oleh Redma (Ketua Umum Asosiasi Produsen  Serat dan Benang Filament Indonesia) , bahwa investasi tekstil yang dilakukan oleh negara Panda ini merupakan bagian dari strategi besar negara tersebut. 

Ia juga menyampaikan, bahwa ini seperti gerakan terstruktur, setelah industri kita hancur, investasi mereka datang untuk menguasai pasar (blombergtechnoz.com, 26/6/2024)

Walhasil nasib rakyat akan makin parah belum lagi ketika SDA Indonesia juga masih dikuasai asing dan negara lepas tangan akan nasib rakyat. Inilah bukti rusaknya sistem ekonomi kapitalisme dimana negara tidak hadir sebagai penanggung jawab rakyatnya tetapi hanya menjadi pembuat aturan lalu urusan rakyatnya termasuk ketenagakerjaan diserahkan kepada individu. Maka tidak heran bila nasib rakyat makin tak tentu dalam sistem ini.

Islam Solusi Hakiki

Islam memiliki seperangkat aturan yang bersumber dari Sang Khalik. Dalam Islam, Paradigma Pembangunan bukanlah kapitalistik yaitu pembangunan yang berporos pada pasar, namun paradigma industri berat. Hal ini akan mendorong terbukanya industri lain yang startegis yang akan membuka lapangan pekerjaan secara nyata. 

Dalam Islam pula diatur hubungan luar negeri termasuk dalam bidang perdagangan. Negara Islam yakni Daulah Khilafah tidak akan melakukan hubungan apapun dengan negara kafir harbi (negara yang terang-terangan melawan Islam) termasuk dalam bidang perdagangan.

Daulah Islam akan berdiri kokoh dan independen. Negara akan mengelola SDA dan industri-industri penting seperti tekstil dan mendukung penuh agar terus berkembang. Sebab pemimpin dalam Islam hadir sebagai penanggung jawab yang bertanggung jawab atas rakyatnya sebagaimana hadis Rasulllah Saw:

الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]. Wallahu a’lam bishshowwab.

Oleh: Ira Rahmatia
(Aktivis Muslimah)


Opini

×
Berita Terbaru Update