TintaSiyasi.id -- Jika kita bicara gado-gado apa yang terlintas dalam benak kita? Tentunya bentuk sajian makanan, ada tahu, lontong, sayuran hijau, toge, dilengkapi bumbu kacang dan telur rebus.
Enak dan lezat jika yang dimaksudkan adalah makanan gado-gado, tapi apa jadinya jika gado-gado itu sebuah pemahaman, apalagi gado-gado kebenaran yang bercampur dengan kebatilan, pasti tidak enak dan lezat, justru mengundang mudharat dan mendatangkan murka Allah SWT.
Sebagaimana fakta yang terjadi di kota tahu di awal pekan bulan Juli ini. Setidaknya ada 200 warga dari lintas agama berasal dari berbagai daerah di Kediri berbondong-bondong menghadiri Grebeg Suro Komunitas Garudo Mukho yang digelar di Jalan Erlangga, Kota Kediri. Kegiatan tradisi ruwatan dipimpin langsung oleh Ketua Komunitas Garuda Mukha Resi Tunggul Pamenang atau Tono Setiyo Bimoseno. Tujuan dari ruwatan itu menghilangkan kesialan diri supaya mendapatkan kemuliaan. (detik.com, 8/7/2024)
Kegiatan-kegiatan serupa memang sering kita jumpai terutama di negeri kita ini, acara yang didalamnya berbaur semua komunitas agama, mulai doa bersama untuk keselamatan bangsa sampai ruwatan yang diyakini bisa menghilangkan kesialan dan mendatangkan kemuliaan yang bertepatan dengan awal bulan suro dalam kalender jawa.
Doa bersama maupun ruwatan bersama tersebut masuk dalam kategori sinkretisme. Sinkretisme menurut Wikipedia adalah suatu proses perpaduan yang sangat beragam dari beberapa pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama. Jadi kegiatan-kegiatan yang disitu melibatkan umat dari berbagai agama adalah bentuk sinkretisme.
Dan upaya ini tak lepas dari program moderasi beragama yang terus berusaha ditancapkan secara kuat di negeri kita yang mayoritas muslim.
Bahkan terkesan ada upaya di besar-besarkan dan terus disemarakkan berbagai macam kegiatan yang mengandung unsur kesyirikan tersebut, sementara didalamnya banyak umat islam yang terlibat.
Dalam program moderasi beragama, ajaran Islam berusaha diselaraskan dengan ajaran-ajaran di luar Islam karena mereka memandang Islam yang moderat akan bisa hidup berdampingan dengan umat dari agama lain juga akan memiliki toleransi yang tinggi. Sementara jika ajaran Islam diambil secara utuh maka akan terjadi tindak radikalisme dan memunculkan terorisme, itu yang sering mereka tudingkan kepada umat Islam jika mengambil Islam secara kaffah atau sempurna.
Dari fakta ini menunjukkan bukti bahwa sistem demokrasi kapitalisme masih bercokol kuat di negeri ini. Karena demokrasi kapitalisme memiliki empat kebebasan yang terus diperjuangkan, salah satunya adalah kebebasan beragama atau beraqidah, sehingga tak ayal lagi budaya-budaya sinkretisme tersebut akan terus menjamur di negeri yang menerapkan sistem ini.
Berbeda jauh dengan pandangan Islam, karena Islam telah tegas memberikan pemahaman kepada umatnya tentang beragama sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Kafirun ayat 6:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِࣖ ٦
"Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”
Ayat ini turun pada saat Nabi Muhammad berdakwah ditengah-tengah orang kafir Quraisy.
Nabi Muhammad menyeru mereka untuk menyembah hanya kepada Allah Dzat yang menciptakan manusia, dan dunia serta isinya.
Mereka tidak menerimanya tapi justru membuat jalan kompromi kepada Nabi Muhammad, bahwa mereka mau menyembah Allah setahun dan tahun berikutnya bergantian, yaitu nabi Muhammad ganti menyembah tuhan orang-orang kafir. Namun, Rasulullah menyampaikan dengan tegas bahwa tidak akan pernah menjadi menyembah tuhan-tuhan yang mereka sembah.
Dalam surat Al-Baqarah ayat : 42 juga telah disampaikan. Allah berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui."
Dari ayat-ayat tersebut dapat kita fahami bahwa jalan kompromi tidak boleh diambil oleh umat Islam sebagai dalih toleransi antar umat beragama.
Dan umat Islam harus jeli dengan fakta yang terus berkembang sehingga tidak sampai mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan.
Sungguh hanya kembali kepada sistem Islam sajalah yang akan mampu menyelamatkan umat ini dari kehancuran akidahnya. Karena pemimpin dalam Islam berperan sebagai junnah atau pelindung dari serangan-serangan musuh secara langsung maupun serangan berupa pemikiran-pemikiran yang dapat merusak aqidah umat.
Negara akan menindak tegas dengan memberikan sangsi pada pelaku yang telah melakukan praktek-praktek Sinkretisme tersebut, sehingga tidak terulang lagi kejadian yang sama.
Dengan kata lain segala bentuk kebatilan segera diberantas sampai ke akarnya sebelum berkembang dan berbuah. Wallahu a'lam bishshawab. []
Dewi Khoirul
Aktivis Muslimah