TintaSiyasi.id -- Saat Rasulullah SAW ditanya oleh seorang badui tentang amalan apa yang jika dikerjakan bisa mengantarkannya masuk surga? Jawaban Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadis berikut :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ . قَالَ « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ ، وَتُؤَدِّى الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ » . قَالَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا . فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا
”Dari Abu Hurairah ra bahwa seorang badui mendatangi Nabi saw, lalu ia berkata, “Tunjukkan kepadaku suatu amal jika aku kerjakan mengantarkanku masuk surga.” Nabi bersabda, “Kamu meyembah Allah tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat fardhu, membayar zakat dan puasa di bulan ramadhan”. Si badui itu berkata, demi jiwaku di tagannya, aku tidak akan menambah ini. Ketika si badui itu sudah pergi Nabi bersabda, “ jika anda ingin melhat ahli surga lihatlah orang ini.” (HR. Bukhari)
Kalau kita perhatikan amalan yang ditunjukkan Nabi SAW tidak lain adalah rukun Islam yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan tidak menyekutukanNya, ini merupakan syahadat, kemudian shalat wajib, zakat dan puasa Ramadhan. Sementara haji tidak disebutkan oleh Nabi SAW.
Dalam salah satu Syarah hadits tersebut disebutkan sebagaimana dilansir dalam ‘ar.islamy.net’ :
إما لأن ذلك كان قبل فرضية الحج، أو لأن النبي صلى الله عليه وسلم علم من حال السائل أنه قد أدى الحج، أو أنه لا يستطيع، أو أنه حذف من الراوي اختصارًا
”Mungkin karena haji belum difardhukan; atau karena saat si Badui bertanya Nabi, dia sudah berhaji; atau mungkin si Badui termasuk orang yang tidak mampu; atau si perawi memang sengaja membuangnya karena ikhtishar."
Walaupun amalan itu singkat jika dilaksanakan dengan baik dan mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya, insya Allah akan menjadi penghuni surga. Masyaallah.
Pesan Nabi pada hadis tersebut pertama, agar si badui menyembah Allah SWT dan tidak mensyerikatkan dengan sesuatu apapun. Bentuk penyembahan itu bisa berupa berdoa, memohon pertolongan, beristighatsah dan hal-hal yang diridhai Allah SWT.
Perintah beribadah dibarengi dengan larangan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Jadi bukan hanya menyembah Allah SWT sebab meskipun setiap hari seseorang itu shalat tetapi pada saat yang sama ia minta pertolongan kepada jin lewat perantara seorang dukun maka ia telah melakukan kesyirikan.
Yang paling rawan tergelincir kepada syirik adalah bentuk ibadah berupa memohon pertolongan. Mengapa demikian? Sebagai manusia kita sering merasa lemah. Misalnya menjadi tukang angkat junjung, agar kuat pergi ke dukun minta dipasang susuk. Menjadi pejabat agar nampak wibawa pergi ke dukun minta diberi aji-aji. Sebagai pedagang agar jualannya laris minta aji penglaris ke dukun. Sebagai wanita agar nampak selalu cantik pasang susuk kecantikan.
Dalam praktek perdukunannya, mereka selalu bekerjasama dengan para jin dan setan. Padahal para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam praktek tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahi mindzalik.
Padahal ayatnya sangat jelas dan dibaca setiap saat.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ [الفاتحة/5]
“Hanya kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami mohon pertolongan” (Q.S.Al-fatihah : 5)
Yakinlah bahwa Allah SWT itu segala-galanya. Jika Allah SWT berkehendak melariskan dagangan pasti laris, jika Allah Ta’ala menguatkan seseorang pasti menjadi kuat, jika Allah menjadikan seseorang berwibawa pasti berwibawa.
Sebaliknya jika Allah berkehendak menghancurkan seseorang maka tidak ada yang dapat menyelamatkannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [الأنعام/17]
Jika Allah menimpakan kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; dan jika Dia memberikan kebaikan kepadamu, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-An’am: 17)
Maka selain kita dituntut untuk rajin beribadah, yaitu berupa menjalankan shalat, membayar zakat dan berpuasa. Kita dintuntut untuk hati-hati, jangan sampai tergelincir kepada kemusyrikan. Yaitu menyembah kepada selain Allah dengan minta pertolongan kepada jin lewat kahin (dukun).
Mungkin efeknya sekilas memang benar. Dagangan jadi laris, tampilan tampak berwibawa, wajah terlihat selalu cantik atau tubuh terasa kuat. Tetapi perlu diketahui, itulah kerjaan jin.
Dia menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Sehingga seseorang yang nampak rajin ibadah menjadi sia-sia. Sebab kemusyrikan itu menghancurkan amalan ibadah yang dikerjakan. Dan itu adalah kerugian yang super duper besar. Sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الزمر/65]
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar: 65)
Syirik adalah dosa yang paling besar, paling berbahaya, merupakan tindakan kezaliman yang paling zalim, kejahatan yang paling besar dan dosa yang tidak bakal terampuni Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa :48)
Jika ada sahabat Muslim yang mungkin ucapan dan aktifitasnya sudah terjebak dalam kesyirikan, segeralah bertobat sebelum ajal menjemputnya. Caranya tinggalkanlah dengan rasa penyesalan perilaku musyrik itu. Bersyahadatlah dengan ikhlas dengan memperbanyak istighfar.Dan shalat tobat dua rakaat. Istiqamahlah dalam beribadah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah senantiasa belajar agama.
Akhirnya, semoga kita dapat menjalankan pesan Nabi di atas. Sehingga kita menjadi ahli surga seperti yang beliau sampaikan. Wallahu a'lam. []
Kuala Tungkal, 28 Juni 2024.
Abdul Mukti
Pengamat Kehidupan