Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Imbas Perang Dagang AS dengan Cina, Indonesia Bakal Naikkan Bea Masuk Barang Impor

Jumat, 26 Juli 2024 | 12:41 WIB Last Updated 2024-07-26T05:41:23Z


Tintasiyasi.ID -- Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengungkapkan, pemerintah Indonesia rencana bakal menaikkan bea masuk barang impor menjadi 200 persen. "Pemerintah Indonesia rencana bakal menaikkan bea masuk barang impor menjadi 200 persen. Kondisi ini terjadi (karena) imbas dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Cina yang sedang berlangsung sekian waktu," ujarnya di akun TikTok Agung.Wisnuwardana, Kamis (25/07/2024).

 

Ia mengatakan, ada tujuh barang impor yang bakal kena naiknya bea masuk barang impor yaitu TPT tekstil, produk tekstil, barang jadi, keramik, kosmetik, tekstil yang sudah jadi lainnya, dan alas kaki.

 

"Karena perang dagang ini terjadilah over capacity dan over supply di Cina. Karena AS dan negara-negara Barat menaikkan bea masuk dan menolak produk Cina. Sehingga produk-produk Cina membanjiri Indonesia, termasuk di dalamnya tekstil dan produk tekstil," terangnya.

 

"Dampaknya enam produk tekstil Indonesia gulung tikar karena kalah bersaing dengan produk impor dari Cina yang lebih kompetitif. Efeknya sebelas ribuan pekerja pabrik tekstil tersebut di PHK," sambungnya.

 

Menurutnya, perang dagang antara AS dan Cina memang memengaruhi kondisi global. Salah satunya kerentangan rantai pasok global. "Kondisi ini seharusnya membuat pelajaran buat Indonesia, agar mampu membangun industri secara mandiri tak bergantung pada Amerika Serikat, Cina, dan negara-negara lain," imbaunya.

 

Solusi

 

Agung menyebutkan, Islam punya solusi bagus soal ini. Khilafah sebagai institusi politik yang menerapkan ideoligi Islam, akan merancang revolusi industri untuk melepaskan ketergantungan kepada Amerika Serikat, Cina maupun negara lainnya,” ungkapnya.

 

"Negara khilafah bertekad  untuk menjadi negara industri yang mampu memproduksi barang-barang berteknologi tinggi termasuk mesin-mesin yang dapat diproduksi secara mandiri di dalam negeri daulah khilafah," jelasnya.

 

"Visi misi industri negara khilafah dilaksanakan melalui revolusi industri baik pada pengembangan industri barang konsumsi seperti pangan dan tekstil maupun industri barang-barang modal seperti mesin-mesin yang mampu memproduksi barang-barang berteknologi rendah hingga tinggi termasuk peralatan militer yang mutakhir," lanjutnya.

 

Ia katakan, perubahan menuju negara industri tidak akan ditentukan oleh keberadaan pasar ekspor atau keuntungan semata. Tujuan politik industri ini agar negara Islam dapat melepaskan diri dari metode kehidupan negara-negara kapitalisme sekaligus mengakhiri ketergantungan pada Amerika, Cina, maupun negara-negara lain,” terangnya.

 

"Untuk mempercepat transfer teknologi dari negara-negara industri maju, negara khilafah akan mendatangkan tenaga ahli atau mengutus warga negara untuk belajar ke negara-negara industri," paparnya.

 

Salah satu strategi untuk mendatangkan, menahan, dan memotivasi tenaga ahli ini, ia katakan, adalah dengan memberikan berbagai insensif dan fasilitas yang lebih menarik dibandingkan di negara mereka sebelumnya.

 

"Untuk kepentingan di atas diperlukan penerapan syariah Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. Termasuk di dalamnya menata APBN sesuai syariah Islam yang jauh dari utang dan pajak. Gass poll…!," tutupnya.[] Lanhy Hafa

Opini

×
Berita Terbaru Update