Tintasiyasi.ID -- Genosida di Palestina menjadi isu utama kaum Muslim saat ini. Walaupun seluruh energi dan emosi kaum Muslim sudah tercurah ke sana, tetapi masih menjadi problem besar yang belum bisa diselesaikan sampai detik ini. Di tengah intaian maut besar-besaran terhadap rakyat Palestina, muncul isu yang kontradiktif di belahan bumi lainnya, yang ironinya berhasil memalingkan perhatian kaum Muslim dari isu besar Palestina.
Pembahasan
maut ini menjadi topik KaMU Tangsel (Kajian Muslimah Muda Kota Tangerang
Selatan) dalam talkshow bertajuk Diam Kita Adalah Maut pada Ahad
(21/07/2024) di kawasan Bintaro Jaya.
Moderator,
Dewi Yuliana Susanti, memantik suasana dengan menyebut, “Film Ipar Adalah
Maut yang diambil dari kisah nyata, menjadi viral dan menguras emosi
penonton. Film ini memang seolah menjadi representasi masalah yang terjadi
secara umum di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sampai nyaris menenggelamkan
isu Palestina yang seharusnya jauh lebih penting.”
“Bisa
jadi ironi ini terjadi karena kaum Muslim sendiri tidak mengetahui apa yang
harus mereka lakukan untuk solusi tuntas masalah Palestina, sehingga akhirnya
mereka tersibukkan untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari yang membelit
mereka, yang juga tidak pernah tuntas. Bagaimana seharusnya kita sebagai
seorang Muslim menyikapi fenomena ini, dan apa yang bisa kita lakukan
menghadapi masalah Palestina dan masalah-masalah kaum Muslim lainnya?,”
sambungnya lagi.
Motivator
Hijrah dan Murobbithah Digital, Annisa Theresia, S.Sos., M.Si. sebagai
narasumber pertama menyebut
bahwa saat ini film adalah salah satu komunikasi massa yang dibuat untuk meraih
keuntungan. “Ada pesan-pesan baik eksplisit maupun implisit yang akan
disampaikan melalui sebuah film,” ungkapnya.
“Ironisnya, film-film yang dikategorikan film religi
saat ini, justru isinya menistakan agama dan banyak menyimpang dari aturan
agama, khususnya Islam. Film pun menjadi salah satu agenda Zionisme yang
dipakai untuk menyerang kaum Muslim agar terjadi pendangkalan akidah dan pengabaian
syariat,” beber Kak Tere, begitu ia akrab disapa.
Narasumber kedua, Ustazah Dr. Fika M. Komara, menanggapi
bahwa memang musuh umat Islam di Indonesia saat ini tidak nampak secara nyata. “Musuh
yang ada berupa ide atau konsep yang mereduksi nilai-nilai Islam, salah satunya
tema seputar syahwat yang diangkat dalm film Ipar Adalah Maut.
“Kontras dengan kondisi di Palestina, musuh yang
dihadapi nyata dan terlihat. Pembantaian, genosida, dan penjajahan yang
benar-benar mendatangkan “maut” terjadi di Bumi Syam. Kontradiksi makna maut
yang terjadi di Indonesia dan Palestina terjadi karena ada perbedaan kualitas keimanan
manusia. Sehingga sebagai seorang Muslim, harus bersikap kritis, mampu
membedakan antara yang hak dan batil,” jelas doktor di bidang geostrategi
tersebut.
Urgensipembebasan Palestina digambarkan Kak Tere
dengan tayangan visual yang menggambarkan kondisi terkini di Palestina. Wilayah
Palestina dari tahun ke tahun kian menyusut, padahal Bumi Syam ini adalah tanah
yang disucikan dan diberkahi Allah Swt.
Ustazah Fika, yang juga merupakan Direktur Institut Muslimah
Negarawan (CEO IMuNe), mengatakan, “Umat Islam di mana pun berada,
sedang mengalami penjajahan. Kerusakan masyarakat Muslim sudah sedemikian akut.
Demokrasi yang banyak diadopsi negeri Muslim justru melahirkan perilaku
genosida. Zionisme pun bersimbiosis dengan kapitalisme yang diterapkan saat
ini. Sementara sensibilitas masyarakat kurang. Apa saja yang berasal dari Barat
dipandang bagus, padahal bisa jadi itu adalah racun yang merusak kaum Muslim,”
lugasnya.
Ditambahkan oleh Kak Tere, ide nasionalisme menjadi
penyebab perpecahan kaum Muslim dan berdampak diamnya para penguasa terhadap
apa yang terjadi di Palestina. “National is me. Nation sebenarnya sunatullah.
Menjadi bermasalah ketika ada -isme yang menyebabkan timbulnya chauvinisme.
Padahal pesan Rasulullah saw. di Haji Wada adalah untuk menjaga persatuan umat,” tuturnya.
Di penghujung acara talkshow, kedua narasumber
menegaskan pentingnya berjuang bersama untuk menghadapi maut yang menimpa umat
Islam. “Wajib beramar makruf nahi mungkar, mengajak umat berislam
kafah, terus menimba ilmu dan beramal sesuai dengan derajat keilmuan yang sudah
Allah berikan. Kelak, janji Allah pasti terwujud, yakni tegaknya dinul-Islam
yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,” pungkas kedua narasumber tersebut.[] Noor
Hidayah