Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Diam Kita Adalah Maut

Selasa, 23 Juli 2024 | 16:36 WIB Last Updated 2024-07-23T23:04:34Z

Tintasiyasi.ID -- Genosida di Palestina menjadi isu utama kaum Muslim saat ini. Walaupun seluruh energi dan emosi kaum Muslim sudah tercurah ke sana, tetapi masih menjadi problem besar yang belum bisa diselesaikan sampai detik ini. Di tengah intaian maut besar-besaran terhadap rakyat Palestina, muncul isu yang kontradiktif di belahan bumi lainnya, yang ironinya berhasil memalingkan perhatian kaum Muslim dari isu besar Palestina.

 

Pembahasan maut ini menjadi topik KaMU Tangsel (Kajian Muslimah Muda Kota Tangerang Selatan) dalam talkshow bertajuk Diam Kita Adalah Maut pada Ahad (21/07/2024) di kawasan Bintaro Jaya.

 

Moderator, Dewi Yuliana Susanti, memantik suasana dengan menyebut, “Film Ipar Adalah Maut yang diambil dari kisah nyata, menjadi viral dan menguras emosi penonton. Film ini memang seolah menjadi representasi masalah yang terjadi secara umum di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sampai nyaris menenggelamkan isu Palestina yang seharusnya jauh lebih penting.”

 

“Bisa jadi ironi ini terjadi karena kaum Muslim sendiri tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk solusi tuntas masalah Palestina, sehingga akhirnya mereka tersibukkan untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari yang membelit mereka, yang juga tidak pernah tuntas. Bagaimana seharusnya kita sebagai seorang Muslim menyikapi fenomena ini, dan apa yang bisa kita lakukan menghadapi masalah Palestina dan masalah-masalah kaum Muslim lainnya?,” sambungnya lagi.

 

Motivator Hijrah dan Murobbithah Digital, Annisa Theresia, S.Sos., M.Si. sebagai narasumber pertama menyebut bahwa saat ini film adalah salah satu komunikasi massa yang dibuat untuk meraih keuntungan. “Ada pesan-pesan baik eksplisit maupun implisit yang akan disampaikan melalui sebuah film,” ungkapnya.

 

“Ironisnya, film-film yang dikategorikan film religi saat ini, justru isinya menistakan agama dan banyak menyimpang dari aturan agama, khususnya Islam. Film pun menjadi salah satu agenda Zionisme yang dipakai untuk menyerang kaum Muslim agar terjadi pendangkalan akidah dan pengabaian syariat,” beber Kak Tere, begitu ia akrab disapa.

 

Narasumber kedua, Ustazah Dr. Fika M. Komara, menanggapi bahwa memang musuh umat Islam di Indonesia saat ini tidak nampak secara nyata. “Musuh yang ada berupa ide atau konsep yang mereduksi nilai-nilai Islam, salah satunya tema seputar syahwat yang diangkat dalm film Ipar Adalah Maut.

 

“Kontras dengan kondisi di Palestina, musuh yang dihadapi nyata dan terlihat. Pembantaian, genosida, dan penjajahan yang benar-benar mendatangkan “maut” terjadi di Bumi Syam. Kontradiksi makna maut yang terjadi di Indonesia dan Palestina terjadi karena ada perbedaan kualitas keimanan manusia. Sehingga sebagai seorang Muslim, harus bersikap kritis, mampu membedakan antara yang hak dan batil,” jelas doktor di bidang geostrategi tersebut.

 

Urgensipembebasan Palestina digambarkan Kak Tere dengan tayangan visual yang menggambarkan kondisi terkini di Palestina. Wilayah Palestina dari tahun ke tahun kian menyusut, padahal Bumi Syam ini adalah tanah yang disucikan dan diberkahi Allah Swt.

 

Ustazah Fika, yang juga merupakan Direktur Institut Muslimah Negarawan (CEO IMuNe), mengatakan, “Umat Islam di mana pun berada, sedang mengalami penjajahan. Kerusakan masyarakat Muslim sudah sedemikian akut. Demokrasi yang banyak diadopsi negeri Muslim justru melahirkan perilaku genosida. Zionisme pun bersimbiosis dengan kapitalisme yang diterapkan saat ini. Sementara sensibilitas masyarakat kurang. Apa saja yang berasal dari Barat dipandang bagus, padahal bisa jadi itu adalah racun yang merusak kaum Muslim,” lugasnya.

 

Ditambahkan oleh Kak Tere, ide nasionalisme menjadi penyebab perpecahan kaum Muslim dan berdampak diamnya para penguasa terhadap apa yang terjadi di Palestina. “National is me. Nation sebenarnya sunatullah. Menjadi bermasalah ketika ada -isme yang menyebabkan timbulnya chauvinisme. Padahal pesan Rasulullah saw. di Haji Wada adalah untuk menjaga persatuan umat,” tuturnya.

 

Di penghujung acara talkshow, kedua narasumber menegaskan pentingnya berjuang bersama untuk menghadapi maut yang menimpa umat Islam. “Wajib beramar makruf nahi mungkar, mengajak umat berislam kafah, terus menimba ilmu dan beramal sesuai dengan derajat keilmuan yang sudah Allah berikan. Kelak, janji Allah pasti terwujud, yakni tegaknya dinul-Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,” pungkas kedua narasumber tersebut.[] Noor Hidayah

 

 

Opini

×
Berita Terbaru Update