Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Deklarasi Beijing Menyatukan Hamas-Fatah, FIWS: Ini Permainan Amerika

Minggu, 28 Juli 2024 | 09:11 WIB Last Updated 2024-07-28T03:37:53Z
TintaSiyasi.com -- Menanggapi bersatunya 14 faksi Palestina termasuk Hamas dan Fatah yang sepakat untuk mengakhiri perpecahan dengan menandatangani Deklarasi Beijing di Cina, Direktur Forum On Islamic World Studies (FIWS) Farid Wajdi menilai hal itu merupakan permainan yang dilakukan Amerika.

"Ini permainan yang biasa dilakukan oleh Amerika," ujarnya kepada TintaSiyasi.id, Jumat (26/7/2024). 

Ia melihat, Amerika Serikat (AS) tengah menggunakan peran Cina untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Mengingat saat ini posisi AS sulit diterima oleh banyak pihak, terutama oleh faksi Hamas karena AS telah jelas mendukung Israel. 

"Jadi, kalau kita lihat ini justru rancangan tidak bisa dilepaskan dari peran Amerika di belakangnya bahwa Cina dalam kesempatan ini diberikan Amerika untuk seolah-olah memiliki peran. Dan Amerika kerap bermain politik seperti itu," tuturnya. 

Menurutnya, Deklarasi Beijing yang sesumbar ingin mewujudkan perdamaian dan persatuan faksi Palestina, sesungguhnya tidak lepas dari rencana yang dirancang Barat pasca terjadinya genosida di Gaza. Salah satu rancangannya adalah seperti yang digagas oleh pemerintahan Cina ini, yaitu membentuk pemerintahan rekonsiliasi di Gaza. 

"Solusi ini sebenarnya solusi yang juga dikehendaki oleh Amerika Serikat. Karena pemerintahan rekonsiliasi ini pastilah pemerintah yang mengurangi peran Hamas yang sangat menonjol di Gaza selama ini," jelasnya. 

Sementara itu, lanjutnya, selama ini Hamas memang tidak bisa dikontrol oleh Amerika. Maka, dengan upaya rekonsiliasi ini AS ingin mereduksi kendali Hamas atas Gaza, sekaligus untuk mengendalikan Gaza sebagaimana Israel mengendalikan Tepi Barat melalui pemerintahan Fatah. 

"Jadi rekonsiliasi ini kalau saya lihat ini justru untuk mereduksi peran Hamas, sejalan dengan kepentingan Amerika," ucapnya.

Karena itu, lebih lanjut ia menyimpulkan,  langkah seperti ini adalah langkah yang tidak akan menyelesaikan persoalan secara mendasar karena persoalan Palestina sejatinya adalah penjajahan yang dilakukan oleh penjajah Yahudi.

Oleh karena itu, solusi-solusi apa pun yang masih mengabadikan kepentingan dan keberadaan eksistensi penjajahan Yahudi  berarti belum menyelesaikan persoalan utama, yaitu penjajahan. Ia juga menyebut, rekonsiliasi ini sebagai solusi kebingungan AS untuk menyelesaikan persoalan Palestina.

"Kita berharap umat Islam di Palestina tetap berada dijalur yang benar termasuk pemimpin-pemimpin politik terutama Hamas, kita berharap tetap memilih jalur yang benar," tuturnya. 

Ia mengatakan, membiarkan tangan-tangan asing ikut campur dalam persoalan Palestina sama saja seperti bunuh diri secara politis karena tidak akan pernah menyelesaikan persoalan Palestina secara menyeluruh. 

"Persoalan Palestina yang harus dilakukan adalah dengan menghentikan penjajahan dengan mengirim pasukan-pasukan militer dari negeri-negeri Islam, terutama penguasa-penguasa dari negeri-negeri Arab. Inilah yang bisa menghentikan penjajahan dan kebiadaban entitas penjajah Yahudi ini," pungkasnya. []Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update