Tintasiyasi.ID -- Bertempat di Masjid Al-Iftitah Perum Pondok Benda Indah, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Majelis Tafkir Muslimah Kaffah bekerja sama dengan Majelis Taklim Masjid Raya Al-Iftitah mengadakan kajian bulanan dengan mengangkat judul Bullying Marak, Bikin Makin Sesak.
Acara yang
diselenggarakan pada hari Ahad (21/07/2024) dihadiri sekitar 75 jemaah. Cuaca cerah menyelimuti tempat acara
diadakan. Tepat 09.30 acara dimulai dan diawali pembukaan oleh Ibu Yesi
selaku MC serta pembacaan Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 11 dan surah Thaha
oleh Ibu Ida.
Kemudian acara dilanjutkan pada acara inti, yaitu pemaparan materi oleh Ustazah
Sarah Adilah Wandansari, M.A. Ibu muda sekaligus aktivis dakwah yang aktif menyampaikan
bahwa masalah bullying memang sangat ramai terjadi di mana-mana,
terutama di sekitar anak.
“Dua dari tiga anak usia 13-17 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan. Sebagian besar mereka adalah perempuan dan kekerasan yang terjadi adalah kekerasan seksual. Hal Ini terjadi tidak saja di Indonesia, tapi juga negara-negara maju seperti Portugal, Inggris, Korea, Rusia, dan Jepang. Jenis-jenis bully yang terjadi adalah berupa verbal, fisik, dan relasi sosial,” ujarnya memulai paparan.
Ia mengungkapkan, faktor stresor adalah satu penyebab yang membawa seseorang menjadi pem-bully.
“Orang yang memiliki faktor risiko seperti introver, pesimis, tidak menghargai
diri sendiri berubah menjadi protektif dan memengaruhi kesehatan mental mereka.
Mereka yang tidak memiliki empati juga sangat memengaruhi seseorang tega
melakukan bully,” paparnya.
“Pencegahan dan pengentasan bullying harus dilakukan di antarnya dengan kebijakan anti-bullying, BIMTEK ROOTS (Puspeka Kemendikbudristek), PERMENDIKBUD 46/2003 (PPKSP), bantuan bagi korban bullying, dan layanan pengaduan,” sarannya.
Ia memaparkan bahwa akar masalah dari pem-bully-an ini adalah karena adanya budaya liberal dan permisif, tidak mempunyai standar berpikir yang benar atas perbuatan. “Inilah yang disebut dengan sekularisme. Menangkal sekularisme adalah dengan sistem pendidikan Islam. Karena dalam sekularisme, porsi pendidikan Islam di sekolah minim, komunitas yang mengajak yang baik malah dicurigai sebagai bentuk radikalisme, dan penting penanaman akidah Islam yang kuat dan berkesinambungan dengan unsur lain di sekolah,” terangnya lagi.
Ustazah Sarah mengingatkan bahwa Islam melarang kekerasan dengan menukil Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
“Ini adalah perintah untuk saling menyayangi dan saling menjaga persaudaraan. Ada tiga pilar penting untuk mencegah kekerasan: pertama, yaitu ketakwaan individu, sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 6; kedua, seperti hadis Rasulullah saw. untuk membudayakan kontrol dengan membudayakan aktivitas amar makruf nahi mungkar; ketiga, peran negara sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad di dalam hadis, ‘Imam (kepala negara)adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.’,” ulasnya.
Ustazah Sarah menguraikan faktor yang menjadikan sistem sosial dalam masyarakat Islam kuat, “Pemahaman mengenai hukum asal perbuatan, sistem pendidikan yang berbasis akidah, fungsi keluarga dalam Islam untuk mengokohkan iman, dan internet menjadi media yang menaburkan maslahat.”
Sebagai pengurus rakyat akan sangat memengaruhi terjadinya tingkat penurunan terjadinya bullying, karena individu yang takwa, disertai masyarakat yang berbudaya amar makruf nahi mungkar dan negara yang terus mengadakan pengawasan dan pendisiplinan akan meniadakan terjadinya bully,” tuturnya.
Terakhir,
Ustazah Sarah menjawab pertanyaan Ibu Erna tentang bagaimana caranya agar anak
tidak depresi setalah mendapat bullying. “Agar korban bully tidak mengalami
depresi maka butuh terapi kognitif dan memberikan ruang pada si korban untuk
menceritakan keadaan dirinya, dan mengajarkan agar ia menerima keadaannya dan ikhlas
menghadapinya,” pungkasnya.[] Nurul B./Rere