Tintasiyasi.id.com -- Tawuran, suatu fenomena remaja yang masih meresahkan masyarakat sampai sekarang. Setiap tahun, bukannya mereda, justru makin parah kondisinya. Ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, tawuran sengaja dijadikan siaran langsung di Instagram oleh kelompok remaja sendiri. Mereka sengaja memviralkan video temannya yang sedang tawuran untuk mendapatkan uang dari media sosial.
Dikutip dari detikNews, polisi mengungkap kasus tawuran pelajar di Jl Pangeran Jayakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, sambil pelaku tawuran itu bersiaran langsung di Instagram, demi keuntungan. "Tawuran ini dibuat live. Jadi fenomena tawuran ini untuk mencari keuntungan oleh masing-masing kelompok. Jadi tawuran ini seperti untuk mencari pendapatan," ujar Wakapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Setyo Koes Heriyanto saat konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Senin (25/5/2024).
Tawuran masa kini dilakukan dengan cara kekinian, bahkan untuk mendapatkan cuan. Hal ini menunjukkan rusaknya generasi dan menunjukkan betapa kebahagiaan yang hanya berdasar materi telah menghujam kuat dalam diri masyarakat. Kebahagiaan ini diraih dengan menghalalkan segala cara. Di sisi lain, menggambarkan betapa gagalnya sistem pendidikan mencetak generasi berkualitas. Generasi muda yang dihasilkan adalah generasi sekuler.
Sekularisme, sebuah paham yang berasal dari negara barat telah mempengaruhi pemikiran gen Z di negara kita. Paham ini menyatakan bahwa agama tidak boleh ikut campur dalam mengatur kehidupan masyarakat. Agama hanya untuk mengatur ibadah ritual saja.
Jadilah masyarakat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, termasuk para remaja. Tawuran yang seharusnya dihilangkan, malah diviralkan di media sosial. Hal ini disebabkan karena standar kebahagiaan bagi mereka ada materi atau cuan.
Sistem pendidikan yang asasnya hanya berdasarkan manfaat saja tidak akan pernah mampu untuk melahirkan anak yang berkualitas kepribadiannya. Padahal esensi dari pendidikan adalah membentuk karakter anak. Terbukti, sistem sekularisme kapitalis menciptakan generasi yang memahami bahwa uang adalah segalanya dalam hidup. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kenikmatan sesaat. Kebebasan berperilaku ini sangat jauh dari kharakter anak yang berkualitas.
Sistem ini sangat jauh berbeda dengan Islam. Sekularisme yang hanya buatan manusia berbanding terbalik dengan sistem Islam yang datang dari Allah SWT. Islam sangat lengkap dan sempurna aturannya. Rasulullah Saw sebagai Uswatun Hasanah kita telah mencontohkan bagaimana cara mendidik anak agar berhasil memiliki kepribadian yang berkualitas.
Islam memiliki tujuan pendidikan yang mulia, dengan menjadikan seorang anak dapat bertahan hidup dalam situasi apapun, meskipun harus tetap terikat dengan aturan Allah SWT dan rasul-Nya. Selain itu, Islam memahamkan bahwa tujuan hidup setiap muslim adalah hanya untuk ibadah pada Allah SWT dan membawa manfaat untuk masyarakat.
Sejarah telah membuktikan, sistem pendidikan dari Rasulullah Saw berhasil mencetak generasi sahabat yang memiliki kualitas keimanan luar biasa. Para sahabat selalu terikat pada aturan Allah SWT dimana pun berada dan apapun kondisinya. Bahkan, dalam keadaan tidak punya uang dan kelaparan pun, mereka takut untuk melanggar syariat-Nya. Karakter yang mulia seperti ini hanya didapatkan dalam sistem Islam, mustahil berasal dari sistem lainnya.
Tawuran, tentu saja sangat bertentangan dengan aturan Islam. Apalagi memviralkan video tersebut dalam sosial media, perbuatan yang tidak manusiawi. Dalam Islam, manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Ibadah ini bentuknya sangat luas, bukan sekadar ibadah ritual semata. Saling menyayangi antar manusia termasuk ibadah. Memberikan manfaat bagi masyarakat banyak juga ibadah. Hendaknya video yang diupload di sosial media adalah video yang bermanfaat, misalnya tentang gambaran sosok remaja sholeh dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada masa dahulu, penemuan teknologi banyak didominasi oleh ilmuwan Islam.
Misalnya, Mimar sinan adalah arsitek terbaik pada masa khilafah Turki Utsmani. Beliau terkenal sampai sekarang karena ilmunya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Masih banyak ilmuwan Islam lainnya, seperti Ibnu Sina (ahli kedokteran), Al khawarijmi (ahli matematika), Al jazari (ahli robotika), dll. Mereka terkenal hingga lintas generasi.
Demikianlah Islam, ketika diterapkan secara sempurna dalam bingkai sistem kehidupan, akan menghasilkan generasi mulia. Generasi yang tidak mengejar eksistensi dunia, tapi hanya mengharap ridho Allah SWT.
Oleh: Dhevi F. Firdausi, ST.
(Aktivis Muslimah)