Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adnan Khan: AS Dukung Israel Hanya untuk Mengamankan Kepentingan-Kepentingan Strategis

Kamis, 25 Juli 2024 | 15:29 WIB Last Updated 2024-07-25T08:29:51Z

Tintasiyasi.ID -- Pengamat Politik Internasional Adnan Khan dalam bukunya Mitos-Mitos Palsu Ciptaan Barat yang diterbitkan oleh Pustaka Thariqul Izzah pada tahun 2010 menuliskan bahwa dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap pemerintah Zionis Israel dipicu oleh kepentingannya untuk mengamankan kepentingan-kepentingan strategis.

 

“Dukungan AS kepada pemerintah Israell, seperti dukungan AS kepada para sekutunya yang lain di dunia, tidak dilandasi oleh tujuan keamanan atau komitmen moral yang kuat kepada negara yang bersangkutan. Sebagaimana di negara lainnya, kebijakan luar negeri AS dipicu oleh kepentingannya untuk mengamankan kepentingan-kepentingan strategis,“ tulisnya pada mitos kesembilan “Israel Mengontrol AS dan Dunia pada halaman 45-49.

 

Dengan begitu jelas bahwa Israel tidak mengendalikan AS, akan tetapi telah bertindak efisien dalam memengaruhi kebijakan AS. AS adalah aktor utama dalam menentukan banyak hal.  Kebijakan AS dan Israel  memang banyak yang sama. Walau begitu, tidak bisa diartikan bahwa AS telah mengabaikan kepentingannya atas Israel,” ulasnya.

 

Dalam  buku tersebut Adnan mengungkapkan, awalnya Zionis Israel dibentuk berdasarkan kepentingan Inggris untuk sebuah organisai asing di tengah dunia Islam. Akan tetapi, melemahnya Inggris setelah Perang Dunia II membuat AS mengambil alih kendali atas kawasan tersebut.

 

“AS mengakui kedaulatan Israel atas batas-batas yang aman dan ditentukannya, sekalipun Israel memiliki ambisi untuk mewujudkan Eretz Israel (Israel Raya). Ini adalah perbedaan pertama antara AS dan Israel. Posisi Israel sejak awal berdirinya adalah jelas, mereka menolak menentukan batas  wilayahnya sejak awal mereka berdiri. Ini menunjukkan fakta bahwa Israel bukanlah koloni AS dan ada konflik kepentingan di antara keduanya,” sambungnya.

 

Sejak berdirinya Gerakan Zionis, lanjut Adnan, bangsa Yahudi diarahkan untuk mencapai dominasi politik dan ekonomi di kawasan dunia Islam. Hanya saja,  AS menolak gagasan pergantian pengaruh Eropa dengan pengaruh Yahudi, dan AS pun menolak gagasan pembagian kekuasaan dengan negara lainnya.

 

Namun AS tetap melindungi Israel, menjamin keamanannya, dan mengamankan standar hidup  bangsa Yahudi di sana, dan bersikeras tidak ingin  membagi pengaruhnya kepada Israel guna mencegah Israel melakukan ekspansi dan meluasnya pengaruh Israel di kawasan dunia Islam.

 

“Kebijakan AS dilandaskan kepada upaya mengisolasi Israel dari bagian kawasan lainnya untuk membatasi dan mengecilkan perannya dalam upaya penyelesaian masalah Palestina dan masalah Timur Tengah,” lanjut Adnan dalam bukunya.

 

Kebijakan AS terpusat pada usaha mendirikan sebuah negara Palestina, sebagai bagian dari instrumen keterlibatan mereka di Timur Tengah, dengan memberikan jaminan-jaminan internasional dan menempatkan pasukan multinasional di sepanjang perbatasan Israel dan negara-negara Arab tetangganya-Yordania, Suriah, Mesir, dan negara Palestina yang akan didirikan.

 

Kebijakan AS juga berkisar pada usaha internasionalisasi Yerusalem, karena AS memandang internasionalisasi sebagai solusi masalah sensitif Yerusalem yang akan melegakan umat Kristen, dan menjamin semakin kuatnya pengaruh AS melalui kehadiran PBB di sana,” ujarnya.

 

Israel telah berhasil mendirikan sebuah negara dan memobilisasi segala sumber daya untuk pencapaian jangka panjang. Akan tetapi tanpa dukungan Barat, Israel tidak akan mampu mencapai posisi yang mereka tempati saat ini. 

 

“Bagaimanapun juga, Israel telah gagal mewujudkan tujuan utamanya untuk mendirikan sebuah negara dengan batas-batas berdasarkan tanah yang dijanjikan Tuhan, dan ini karena satu alasan, yaitu karena tujuan tersebut tidak sejalan dengan kepentingan AS,” imbuhnya lagi.

 

“AS merencanakan agar Israel berbatasan dengan sebuah negara Palestina. Partai Likud yang merupakan partai terkuat dalam sejarah Israel berusaha untuk menentukan batasnya sendiri dengan membangun pemukiman-pemukiman dan mendesak umat Islam keluar,” tandasnya.

 

Walau begitu, Israel masih membutuhkan AS dalam penyelesaian urusan pemukiman tersebut, dan karena itu mereka memobilisasi lobi di AS dan media-media dunia untuk memperoleh hasil yang mereka inginkan.

 

“Hasrat untuk mewujudkan negara Israel Raya menjadi lebih kompleks akibat kenyataan bahwa Partai Buruh di Israel berkeinginan menyerah dalam urusan penentuan batas permanen. Mereka yakin bahwa hal tersebut merupakan harga yang pantas bagi keamanan yang diperlukan Israel,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update