TintaSiyasi.idLebih dari 100 orang dilaporkan tewas dalam pembantaian di Sudan. Termasuk 35 diantaranya adalah anak-anak. Penyerangan terjadi di desa Wadi al-Noura, Gezira.
Hingga berita ini dimuat, paramiliter RSF (Rapid Support Force) dianggap adalah pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa pembantaian yang terjadi. Sebab RSF terus berpindah dari satu desa ke desa lain.
Pihak yang melayangkan tuduhan kepada kelompok RSF adalah Komite Pertahanan Madani, sebuah group aktivis lokal. RSF diduga menggunakan persenjataan berat untuk mengepung dan menyerang penduduk desa setempat.
Akan tetapi, RSF mengklaim bahwa penyerangan terjadi karena tentara Sudan dan pasukannya melarikan diri.
Serangan yang mengenai penduduk desa dikatakan sebagai tindakan akhir yang dilakukan RSF di pemukiman terpencil sepanjang Gezira. Setelah kelompok tersebut mengambil control dari ibukota bagian, Wad Madani pada Desember 2023 lalu.
Pada tanggal 6 Juni 2024, Komite Pertahanan di Karari, sebuah area yang berada di bawah kontrol militer bagian utara Sudan, yaitu Khartoum, menuduh RSF dalam penggunaan senjata api dan membunuh 22 orang. Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa api berasal dari wilayah Nile, RSF yang dikontrol oleh Bahri.
Perang di Sudan meletus pada April 2023, ketika RSF mulai melawan tentara yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fattah al-Burhan. Setelah sengketa penggabungan dari dua pasukan.
RSF yang dipelopori oleh Mohamed Hamdan Dagalo telah mengambil alih Khartoum dan mayoritas wilayah Sudan Barat.
RSF sekarang sedang dalam pencarian untuk dibawa ke ibukota Negara. Kehidupan warga Sudan kini berada di bawah bayang-bayang pengeboman dan terputus dari bantuan kemanusiaan. laporan PBB juga mengatakan bahwa masyarakat Sudan mendekati kondisi kelaparan. [] M. Siregar
(Sumber: TRT World, Jum’at, 07/06/2024)