TintaSiyasi.com -- Analis Mutiara Umat Institute Heni Trinawati menyebut film Vina dibuat viral sangat sarat akan perilaku amoral (tidak bermoral).
"Film Vina ini sengaja dibuat viral karena ada embel-embel diangkat dari kisah nyata, bahkan sebelum film ini tayang sudah diberitakan bagaimana para pemain berkunjung ke makam Vina. Padahal isi pesan dari film tersebut sarat akan perilaku amoral," ungkapnya di Live TikTok TintaSiyasi.com, Rabu (29/05/2024), dengan topik bahasan Film Vina: Upaya Membuat Viral Perilaku Amoral.
Ia menambahkan bahwa secara umum manusia memiliki atensi yang kuat terhadap kisah hidup individu. Sehingga film Vina ini menjadi viral karena ada embel-embel diangkat dari kisah nyata.
"Kisah ini menjadi layak di filmkan karena ada sahabat Vina yang kerasukan, sehingga menjadi pembenar atas kisah tersebut dari pengakuan Linda sahabat Vina yang kerasukan itu," ujarnya.
Menurutnya, antara orang mati dan orang hidup itu tersebut dinding barzah sehingga tidak mungkin bagi orang yang sudah meninggal hadir di dalam kehidupan dunia. "Pernah terjadi di kisah para sahabat, ada seorang mukmin yang bermimpi bertemu dengan sahabat Nabi sudah meninggal dunia dalam perang Yamamah yaitu Tsabit bin Qais. Dalam mimpinya, orang mukmin itu dimintai tolong melunasi hutang-hutang Tsabit. Dengan cara mengambil baju besinya yang dicuri orang dan diletakkan di bawah pelana kuda. Kemudian ia juga diminta menagih piutang-piutangnya kemudian dibayarkan utang Tsabit bin Qais lunas sesuai jumlah uang yang terkumpul," bebernya.
Semua itu, kata Heni, ada di dalam tafsir Ibnu Katsir QS. Az Zumar ayat 42. Selain itu, ayat ini juga telah ditafsirkan oleh Ibnu Abbas paman Nabi. Jadi, Analis menegaskan jika itu didapatkan dari kesurupan maka dipastikan itu jin bukan orang yang sudah meninggal kemudian menyampaikan pesan sesungguhnya. Tetapi jika didalam mimpi maka itu orang yang sudah meninggal.
"Sangat disayangkan jika banyak manusia terjebak dengan ulah jin yang masuk ke dalam tubuh Linda," cetusnya.
Dari konten amoral, imbuh dia, seperti pemerkosaan rame-rame dan perilaku geng motor yang meresahkan adalah pesan yang dibawa dalam sebuah film tersebut. Alhasil film ini justru akan merusak generasi. Dengan latar belakang dari jin dan pesan amoral semuanya menjauhkan generasi dari Islam.
Tontonan Adalah Tuntunan
Analis Mutiara Umat Institute itu mengingatkan bahwa istilah tontonan menjadi tuntunan itu benar. Karena pendidikan itu tidak semua pesan dengan nasehat. Bahkan seringkali harus dengan audio visual. Misalnya, ketika seorang ibu memberitahu anaknya tentang benda panas maka selain memberitahu dengan kata panas, ia juga menyentuhkannya atau memperlihatkan uapnya. Dan itu tidak cukup sekali namun harus diulang-ulang. Bahkan Allah SWT sendiri memberikan banyak perintah di dalam Al Qur'an juga diulang-ulang seperti perintah shalat, puasa dan sebagainya.
"Jika yang diulang-ulang tayangan amoral maka akan membentuk sebuah paradigma berpikir generasi perilaku amoral. Maka tak heran para pelaku amoral sekarang ini sudah merambah ke dunia anak-anak. Terbaru kemarin ada anak usia 8 tahun melakukan penganiayaan kepada temannya. Karena mereka sering disuguhkan tayangan-tayangan amoral dari gawainya," tegasnya.
Dulu, ia menyebut, tontonan kriminal hanya ada di televisi dan di jam-jam tertentu bahkan pernah di jam-jam sekolah. Sehingga tidak diakses anak-anak.
"Kini, setiap berita menyuguhkan acara seperti patroli berisi berita kriminal disertai reka ulang adegan dari para pelakunya," terangnya.
Sembari menjawab pertanyaan penonton live streaming, Heni memaparkan dalam Islam tidak perlu mengungkap motif di depan khalayak, cukup dibuktikan tindakan itu disengaja atau tidak. Kemudian saksi dan barang bukti telah mencukupi atau belum. Bahkan ketika sudah ada pengakuan pelaku maka sudah cukup bagi qadhi menegakkan had atas pelaku.
"Dan hukuman atau sanksi inilah yang justru di syiarkan kepada masyarakat," tandasnya.
Sebaliknya, Heni menegaskan, jika yang di syiarkan perilaku amoral atau maksiatnya maka manusia tersebut tidak akan pernah mendapatkan ampunan Allah SWT. Dia termasuk golongan Mujahirin. Apalagi jika penguasa memberi ruang media untuk mensyiarkan tindakan kriminal, maka penguasa termasuk bagian yang memberi washilah pada keharaman dan itu termasuk haram.
Dia mengutip hadis Rasulullah SAW terkait Mujahirin tersebut
عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه
Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.[] Zahra