TintaSiyasi.id -- Melihat pemberitaan hari ini, peningkatan angka pengangguran memang sangat mengkhawatirkan apalagi di Indonesia, di mana Gen Z menjadi penyebab utama pengangguran. Tingkat pengangguran tidak menurun selama bertahun-tahun malah meningkat.
Sebagaimana dilansir kompas.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia Gen Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Bila dirinci lebih lanjut, anak muda yang paling banyak masuk dalam ketegori NEET justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan (24/5/2024).
Peningkatan pada tahun ini cukup signifikan, apalagi mengingat usia masyarakat yang masih akan bersekolah dan bekerja. Nah, yang menjadi pertanyaan besar masyarakat adalah mengapa generasi muda, Gen Z, justru menjadi penyebab pengangguran terbesar di Indonesia. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menjadi beban yang sangat besar bagi masyarakat dan bangsa.
Sementara mereka adalah generasi yang akan menjadi agen perubahan dan mereka juga adalah generasi emas yang akan memajukan Indonesia nantinya, jadi jika mereka banyak tidak bersekolah dan tidak bekerja bagaimana dengan harapan Indonesia kepada Gen Z?
Padahal seringkali lulusan SMK diharapkan dapat segera memasuki dunia kerja, namun hal tersebut tidak sesuai dengan harapan. Jika melihat dunia kerja saat ini, ilmu yang didapat di sekolah dan industri tidak ada artinya. Dengan kata lain, kurikulum tersebut tidak relevan dengan dunia pasar saat ini. Oleh karena itu, terdapat ketidaksesuaian antara lapangan kerja yang tersedia dan pengetahuan Gen Z.
Dilain sisi persaingan dalam mencari pekerjaan saat ini memang semakin ketat dan banyaknya pekerjaan formal yang menurun. Bahkan lulusan perguruan tinggi pun ikut menyumbang pengangguran di Indonesia. Ketidaksesuaian kebutuhan industri dengan angkatan baru menjadi penyebab banyaknya anak muda menganggur.
Selain itu, gen Z yang suka pilih pilih tempat kerja dan seringkali berpindah-pidah juga menjadi penyebab mereka tidak bekerja dengan benar. Mayoritas gen z belum siap dengan dunia kerja yang dihadapinya, kesehatan mental juga mempengaruhi kesiapan gen z untuk memasuki dunia industri.
Harus ada strategi dalam mempersiapkan konsep integrasi pendidikan dalam mencetak generasi unggul. Untuk mewujudkannya, seluruh lembaga negara harus bersinergi secara integratif. Oleh karenanya, harus ada link and match antara visi-misi negara dan SDM yang dibutuhkan untuk mencapai visi-misi tersebut.
Sayangnya tingginya jumlah pengangguran menunjukkan bahwa visi-misi negara dan apa yang dicita-citakan terhadap gen Z tidak akan terwujud. Karena terbatasnya kesempatan kerja pada mereka dan menunjukkan bahwa negara tidak menciptakan lapangan kerja untuk mereka. Malah langkah-langkah pemerintah lebih memudahkan investor dan pekerja asing untuk melakukan bisnis di Indonesia, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Ini akan bertolak belakang dengan apa yang dicita-citakan oleh bangsa bahwa akan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara Islam menjadikan SDA sebagai milik umum dan pengelolaannya menjadi tanggung jawab negara. Pengelolaan SDA oleh negara akan membuka lapangan perkerjaan yang besar untuk setiap warga negara yang membutuhkan kerja.
Pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja, dengan mengingat tujuan untuk menghasilkan generasi yang berilmu tinggi sebagai pembangun peradaban yang mulia.
Ajaran Islam menetapkan mekanisme jaminan kesejahteraan hal ini tentu butuh support sistem dari negara, berupa sistem pendidikan yang memadai sehingga seluruh rakyat khususnya laki-laki, memiliki kepribadian Islam yang baik sekaligus skill yang mumpuni.
Pada saat yang sama, negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan lapangan kerja yang halal dan suasana yang cocok bagi masyarakat untuk berusaha. Rephrase cara tersebut untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap sumber daya ekonomi halal dan mencegah penguasaan harta publik oleh segelintir orang, terutama asing. Termasuk mencegah berkembangnya sektor-sektor non-riil yang seringkali menghambat atau menghancurkan perekonomian suatu negara.
Faktanya, hal ini telah terukir dalam sejarah karena Islam telah membawa kesejahteraan bagi umat manusia selama berabad-abad. Lihatlah sejarah ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak memerintahkan siapapun untuk mengambil zakat dari umatnya. Bercerita pula tentang Harun Arashid, khalifah agung yang mengosongkan Baitulmal hingga tak seorang pun di negeri tersebut kelaparan. Wallahualam.
Oleh: Nani, S.Pd.I.
Pemerhati Remaja