Tintasiyasi.id.com -- Pesta demokrasi akan digelar lagi untuk Pilkada masing-masing daerah di akhir 2024 mendatang. Sejumlah partai politik sudah menentukan calon gubernur dan calon wakil gubernurnya. Seperti yang diberitakan tempo.co, (01/6/2024), partai politik Golkar akan mengusung putri bungsu politikus senior Akbar Tandjung, Sekar Tandjung untuk maju menjadi calon gubernur.
Diberitakan juga di www.pikiran-rakyat.com, (12/5/2024), beberapa figur populer seperti Ridwan Kamil, Dedi Mulayadi hingga Bima Arya Sugiarto santer di gadang-gadang jadi calon gubernur yang pastinya bisa mengokohkan posisi partai politik dalam panggung politik nasional.
Dari setiap pemilihan umum seperti ini, pastilah semua partai politik berlomba memilih calon terbaik mereka agar bisa menarik suara rakyat. Entah dari kalangan anak tokoh terkenal, public figur atau bahkan dari kalangan selebriti asalkan bisa meraih suara terbanyak rakyat.
Tak terlalu memedulikan kemampuan dari calon asalkan yang bersangkutan sedang di gandrungi rakyat maka diajukanlah untuk jadi calon gubernur. Meski kekecewaan juga melanda rakyat karena tidak sesuai dengan ekspektasi mereka terhadap calon gubernur tersebut.
Belum lagi pada faktanya suara rakyat diburu tapi tidak benar-benar begitu diperhitungkan, karena sejatinya para partai politik sudah 'hitung-hitungan' untuk menempati kursi tersebut dan menjadikan suara rakyat hanya sekadar formalitas belaka. Seringnya hasil akhir yang calon terpilih diwarnai dengan narasi manipulasi dan gugatan. Bahkan beberapa sudah berkoalisi dengan lawan agar bisa ikut duduk di kursi Pilkada 2024.
Mirisnya, rakyat selalu jadi korban janji manis setiap calon dan setiap pemilihan umum berjalan. Dan yang diuntungkan pastinya oligarki yang sudah bersusah payah mendanai kampanye serta memiliki kepentingan di negeri ini. Begitulah apabila berfokus terhadap sosok calon pemimpin tapi sistem yang berjalan saat ini yaitu sistem demokrasi kapitalis liberal yang melahirkan peluang calon pemimpin tidak amanah dan abai terhadap tanggung jawabnya.
Padahal, Rasulullah SAW sudah mencontohkan kepada kita dalam memilih wali (gubernur) dalam khilafah yaitu dari kalangan orang-orang yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan mampu membawa rakyatnya kepada ketaatan. Adapun syarat yang diperlukan sebagaimana pemimpin yaitu Muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka, mampu.
Untuk pengangkatannya langsung oleh Khalifah dan wajib dikontrol langsung ketika menjalankan tugasnya serta melakukan pengawasan ketat terhadap wali. Bahkan Khalifah turut mendengarkan suara rakyat atas kinerja wali tersebut. Demikianlah sungguh Islam telah memberikan panduan bagi kita semua dalam pemilihan wali/gubernur. Wallahu'alam bishshawab.[]
Oleh: Ria Imazya
(Aktivis Muslimah)