TintaSiyasi.id -- Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengemukakan pemikirannya mengenai dua jenis cinta: cinta yang terpuji (mahbubah) dan cinta yang tercela (maqbudah). Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kedua jenis cinta ini menurut pandangan beliau:
1. Cinta yang Terpuji (Mahbubah):
Cinta kepada Allah SWT: Ini adalah cinta yang paling terpuji menurut Ibnu Qayyim. Cinta ini merupakan dorongan dari hati yang mengarahkan seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah, taat kepada-Nya, mencari keridhaan-Nya, dan merindukan kehadiran-Nya dalam segala hal.
Cinta kepada Rasulullah SAW: Ibnu Qayyim juga menempatkan cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai cinta yang terpuji. Ini termasuk mencintai sifat-sifat beliau, mengikuti Sunnah-Nya, dan menghormati serta menghargai ajaran yang dibawa-Nya.
Cinta kepada sesama muslim: Cinta yang terpuji juga meliputi kasih sayang, tolong-menolong, dan perdamaian di antara sesama muslim, sebagaimana diajarkan dalam ajaran Islam.
2. Cinta yang Tercela (Maqbudah):
Cinta kepada hawa nafsu (keinginan duniawi): Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa cinta yang tercela adalah cinta kepada sesuatu yang melalaikan dari mengingat Allah atau yang mengarahkan seseorang kepada hal-hal yang dilarang dalam agama, seperti cinta berlebihan terhadap harta, kedudukan, atau kesenangan duniawi yang berlebihan.
Cinta buta (cinta tanpa alasan yang baik): Ini mencakup cinta yang tidak didasari oleh nilai-nilai moral atau spiritual yang benar, tetapi lebih pada nafsu atau keinginan semata.
Cinta yang membutakan hati terhadap kebenaran: Cinta yang tercela juga dapat berarti mencintai sesuatu atau seseorang hingga menyebabkan seseorang mengabaikan kebenaran atau melakukan hal yang tidak benar demi memenuhi keinginan atau obsesi pribadi.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menekankan pentingnya untuk mengarahkan cinta kepada Allah SWT dan hal-hal yang diredhai-Nya sebagai bentuk cinta yang terpuji. Sementara itu, menjauhi cinta kepada hal-hal yang dapat merusak hubungan spiritual dan moral seseorang dianggap sebagai bentuk cinta yang tercela. Dalam pandangan beliau, cinta yang terpuji membawa kebahagiaan dan kesempurnaan, sementara cinta yang tercela dapat menghancurkan dan menghalangi seseorang dari mencapai tujuan spiritual yang tinggi dalam hidup mereka.
Karakter cinta hamba-Nya kepada Rasulullah Muhammad SAW
Cinta hamba-hamba Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW memiliki beberapa karakteristik yang penting menurut pandangan Islam, termasuk pandangan yang dinyatakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Berikut adalah beberapa karakter cinta tersebut:
1. Kehormatan dan Penghormatan: Cinta kepada Rasulullah SAW ditandai dengan penuhnya rasa hormat dan penghormatan terhadap beliau sebagai utusan Allah dan pemimpin umat Islam. Ini mencakup menghargai serta memuliakan ajaran dan Sunnah beliau sebagai pedoman hidup.
2. Ketundukan dan Kepatuhan: Cinta kepada Rasulullah SAW melahirkan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah-perintah beliau. Para pengikutnya berusaha keras untuk mengikuti Sunnah beliau dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam hubungan sosial dan moral.
3. Kepedulian dan Kasih Sayang: Cinta kepada Rasulullah SAW juga tercermin dalam kedalaman kasih sayang dan perhatian terhadap beliau sebagai figur yang memiliki kepedulian yang besar terhadap umatnya. Ini mencakup merasakan rasa kehilangan ketika beliau tidak hadir, bahkan setelah wafatnya.
4. Kesetiaan dan Kepercayaan: Para pengikut Rasulullah SAW menunjukkan kesetiaan yang tinggi terhadap ajaran dan petunjuk beliau. Mereka mempercayai bahwa apa yang diajarkan dan diwariskan oleh beliau adalah kebenaran yang harus dipegang teguh.
5. Keterbukaan dan Kepatuhan: Cinta kepada Rasulullah SAW juga mencakup keterbukaan dan kepatuhan dalam menerima ajaran-ajaran beliau tanpa ada rasa ragu atau penolakan. Ini mencerminkan sikap hati yang rela mengikuti petunjuk beliau tanpa syarat.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengajarkan bahwa cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta yang membawa keberkahan dan menghantarkan kepada kesempurnaan iman. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah utusan Allah yang membawa risalah-Nya untuk membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, karakter cinta kepada Rasulullah SAW tidak hanya bersifat spiritual dan pribadi, tetapi juga memiliki dampak yang nyata dalam cara hidup dan interaksi sosial umat Islam.
Fokus dan Poros utama Pembahasan Al-Qur'an.
Fokus dan poros utama pembahasan Al-Qur'an dapat dilihat dari berbagai perspektif dalam pemahaman dan pengajaran Islam, termasuk pandangan yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Berikut adalah beberapa aspek utama yang menjadi fokus dalam pembahasan Al-Quran:
1. Ketuhanan dan Aqidah: Al-Quran menekankan pengajaran tentang keesaan Allah (Tawhid) dan memperkuat keyakinan akan eksistensi-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kekuasaan-Nya. Ini mencakup penjelasan tentang sifat-sifat Allah, mukjizat-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam ciptaan-Nya.
2. Hukum dan Etika: Al-Quran memberikan pedoman yang komprehensif tentang hukum-hukum Allah (Syariat) yang mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti ibadah, muamalah (hubungan sosial dan ekonomi), akhlak, dan tata cara hidup yang benar. Hal ini mencakup pula etika dalam berinteraksi dengan sesama manusia, lingkungan, dan makhluk lainnya.
3. Akhirat dan Persiapan Hidup: Al-Quran menyampaikan ajaran tentang akhirat, yaitu kehidupan setelah mati dan hari pembalasan. Hal ini termasuk pula perintah untuk mempersiapkan diri dengan amal perbuatan yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat.
4. Sejarah dan Pembelajaran dari Kisah-kisah: Al-Quran mengandung berbagai kisah tentang para nabi, umat-umat terdahulu, peristiwa-peristiwa penting, serta pelajaran moral dan hikmah yang dapat dipetik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bahasa dan Keindahan Sastra: Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang memiliki keindahan sastra yang luar biasa. Fokus pada keindahan bahasa ini juga menjadi sorotan penting dalam pembahasan Al-Quran, baik dari segi kejelasan makna maupun penyampaian pesan-pesan Allah.
6. Tafsir dan Penafsiran: Salah satu fokus utama dalam pembahasan Al-Quran adalah dalam bidang tafsir, yaitu upaya untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran secara mendalam. Tafsir membantu umat Islam untuk memahami relevansi dan aplikasi ajaran Al-Quran dalam konteks zaman dan kehidupan mereka.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sebagai seorang ulama dan penulis terkemuka dalam tradisi Islam, menekankan pentingnya mendalami Al-Quran sebagai sumber utama petunjuk dan hikmah bagi umat manusia. Beliau memandang Al-Quran sebagai wahyu yang menyelamatkan, memberikan petunjuk hidup, serta menjembatani hubungan antara Allah dan hamba-Nya. Oleh karena itu, Al-Quran menjadi fokus utama dalam upaya untuk mendalami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)