TintaSiyasi.id -- Seorang Jurnalis Palestina Bassem Al-Habal, yang mengalami kondisi tidak dapat mendengar (tuli) menyatakan semangatnya untuk menyebarkan situasi yang terjadi di Palestina melalui hasil pemotretannya, terkhusus kepada sesama kalangan orang tuli.
“Saya dapat membantu dan menyampaikan dalam bentuk gambar-gambar kepada yang lain dan orang-orang tuli, yang mereka tidak tahu situasi Gaza,dan Palestina dengan spesifik. Saya akan menyebarkannya ke dunia orang-orang tuli agar mereka melihat dan mengetahui kebenarannya,” ujarnya kepada TRT World, Ahad (02-06-2024).
Bassem mengatakan bahwa dirinya adalah jurnalis satu-satunya yang mengalami masalah pendengaran (tuli), di antara rekan jurnalis muda lainnya di Palestina.
Meskipun dengan keterbatasan fisik yang ia miliki, tetapi Bassem merasa bertanggung jawab untuk memberikan konsentrasi yang besar kepada kalangan yang tidak memahami situasi di Gaza karena mengalami ketidaksempurnaan fisik seperti tuli.
Apalagi setelah istrinya yang juga tuli, mengalami kondisi ketakutan saat menyaksikan genosida di hadapan matanya secara langsung. Sehingga membuat Bassem semakin terdorong untuk menunjukkan situasi yang menurutnya lebih dari bencana itu kepada kalangan seperti dirinya.
“Walaupu istri saya tuli, ia mampu menyaksikan orang-orang jatuh pingsan karena intensitas suara bom maupun penyerangan. Karena itu adalah suara yang baru dan kuat sekali untuk kami rasakan. Suara ledakan.” Bebernya.
Menurut Bassem, tidak semua kalangan orang-orang tuli yang ada di Palestina dan juga belahan dunia memahami situasi genosida yang terjadi.
Ia bertekad untuk memberikan informasi sebagai tangan pertama yang melaporkan genosida, pengeboman, perusakan di Gaza dengan jujur dan penuh ketulusan. Begitupun bukti-bukti para korban jiwa akan diambil untuk diberitahukan kepada dunia.
Banyak warga Palestina yang terbunuh dan rumah-rumah dihancurkan dengan bom di hadapan Bassem. Dan tentu saja, proses pengambilan gambar yang dilakukannya penuh dengan resiko. Namun baginya, semua itu tidak menakutkan.
Bahkan peristiwa pengeboman terjadi dengan jarak yang sangat dekat dengannya. Ia hanya tidak menginginkan ketidakadilan terus-menerus terjadi di Palestina. Puluhan warga tidak memiliki rumah lagi dan situasi begitu sulit.
Oleh sebab itulah, Bassem memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan tugas sebagai seorang jurnalis tuli. Harapannya, jurnalis lain yang sempurna secara fisik, akan membantunya untuk menjadi penerjemah gambar-gambar yang diambil olehnya. Begitupun juga sebaliknya.
Ia juga sangat berharap agar mampu memiliki kanal siaran resmi miliknya yang bermanfaat untuk Palestina.
“Impianku ke depan adalah melanjutkan profesi ini, mengudarakan gambar-gambar dan memiliki channel resmi yang baru,” pungkasnya. []M. Siregar