TintaSiyasi.com -- Aktivis Gema Pembebasan Muhammad Yusril mengungkap bahwa di samping kekejaman entitas penjajah zionis Yahudi Israel yang membantai Muslim Palestina sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini, ada sikap bodoh dari umat Islam itu sendiri.
"Sekejam itu (zionis Israel), tetapi masih ada di samping kekejaman itu, (yaitu) kebodohan dari umat Islam sendiri," tegasnya dalam orasinya di hadapan peserta aksi dikutip dari kanal YouTube Pusat Kajian Analisis dan Data (PKAD): Aksi dan Long March, Palestina Butuh Solusi Paripurna, Ahad, 2 Juni 2024.
Kebodohan yang ia maksud ialah pemikiran yang salah dari umat Islam, baik penguasa maupun kaum Muslimin. Ada pikiran yang salah dari umat Islam yaitu pertama; para penguasa para penguasa negeri-negeri Muslim. Hingga saat ini tidak satu pun melakukan aksi nyata menggunakan kekuatan politiknya mengusir penjajah Israel, sekalipun 143 negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung kedaulatan Palestina.
"Segitu banyaknya yang mendukung kedaulatan Palestina. Saya tanya, mana yang berusaha mengusir tentara Israel? Mana langkah aksi nyata? Mereka (penguasa negeri Islam) punya tentara punya kekuatan. Indonesia ini termasuk 5 yang terkuat, tetapi mana yang turunkan militer untuk mengusir Israel dari tanah Palestina?" sesalnya.
Yusril menegaskan, mestinya penguasa kaum Muslimin di seluruh dunia saat ini mengusir Israel dengan jihad tentara, bersatu di bawah satu khalifah (pemimpin).
Kebodohan kedua yang menjangkiti kaum Muslimin lanjut Yusril yaitu masih banyak yang mengaku Muslim, tetapi masih saja terang-terangan membela Israel. Padahal dalam pandangan Islam membunuh satu jiwa kaum Muslimin itu balasannya neraka. Lalu bagaimana mungkin bisa mendukung aksi genosida terhadap 40.000 jiwa bahkan jutaan korban-korban sebelumnya di Palestina?
"Harusnya kaum muslimin itu menyalahkan zionis Israel. Tapi ini yang disalahkan siapa? Hamas, pejuang Islam, pengusir Israel. Pinter atau enggak itu?" sindirnya.
"Itu kebodohan umat Islam saat ini. Banyak yang di atas mendukung kedaulatan, tapi tidak mengirim kekuatan. Yang di bawah, malah mendukung, malah menyalahkan pejuangnya. Aneh," lanjutnya.
Milik Umat Islam
Aktivis Gerakan Mahasiswa Pembebasan itu menekankan nahwa tanah palestina itu milik umat Islam. Sejarah awalnya Palestina itu diserahkan sukarela oleh penduduknya kepada Khalifah Umar bin Khattab secara sukarela.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Palestina yang damai di bawah kepemimpinan Islam tersebut kemudian bisa direbut oleh Pasukan Salib karena kala itu umat Islam terpecah dalam dua kepemimpinan. Baru kemudian Palestina bisa disatukan kembali ke pangkuan umat Islam setelah dibebaskan oleh Salahuddin al-Ayyubi, ketika umat Islam kembali bersatu dalam satu kepemimpinan.
"Maka pelajaran yang perlu diambil, harusnya Palestina itu, kalau mau selamat, pemimpinnya harus ada berapa? Satu. Pemimpinnya harus tunggal tidak boleh ada pemimpin kedua, tiga, lima puluh, dan seterusnya," kata Yusril.
"Waktu khalifahnya ada dua, ada dua kekuasaan. Umat Islam waktu itu terpecah, umat Islam waktu itu lemah. Lah, sekarang, umat Islam sekarang terpecah jadi berapa? Dua aja Palestina sudah direbut, apalagi sekarang? Tambah lemah enggak umat Islam saat ini?," lanjutnya
Selain harus satu kepemimpinan, menurut Yusril, sistem yang digunakan untuk memimpin umat mesti dengan sistem khilafah. Karena terbukti, dalam sejarah, Khalifah Sultan Abdul Hamid II dalam waktu bersamaan mampu menolak untuk menyerahkan tanah Palestina ke tangan Theodore Herzl, zionis Yahudi, sekaligus melindungi kaum Muslimin di Nusantara dengan mengirimkan pasukan untuk membantu mengusir penjajah Belanda.
"Pemimpinnya harus tunggal, tidak boleh ada pemimpin kedua, tiga, lima puluh, dan seterusnya. Dan juga harus memimpin dengan apa pemimpin umat Islam? Dengan sistem khilafah," tegasnya.
Karena itu, ia mengingatkan, untuk memerdekakan Palestina, umat Islam mestinya disatukan dalam satu kekuatan Islam, bukan dengan pembentukan dua negara (two state nation) Israel-Palestina.
"Two state nation itu bukan solusi karena Hindia-Belanda itu juga two state nation. Kalau mau Palestina merdeka, satukan dengan kekuatan Islam. Jangan ragu, jangan bingung. Tidak perlu kompromi. Kalau kita mau Palestina bebas dari penjajahan, kita tegakkan kembali, kompak memberi satu solusi, tegakkan khilafah," pungkasnya.[] Saptaningtyas